SOLOPOS.COM - Ilustrasi hepatitis akut misterius. (Freepik.com)

Solopos.com, WONOGIRI–Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Wonogiri mengeluarkan surat edaran (SE) nomor 443.26/4106 tahun 2022 tentang kewaspadaan terhadap penemuan kasus hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya kepada sekolah-sekolah SD-SMP se-Wonogiri.

SE tersebut merupakan tindak lanjut dari SE Sekretariat Daerah Kabupaten Wonogiri nomor 443.26/7945 tentang hal yang sama.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Bidang Pendidikan dasar Disdikud Wonogiri, Gino, mengatakan SE tersebut menerangkan gejala yang klinis penyait hepatitis akut, yaitu peningkatan enzim hati, gejala sakit kuning mendadak, dan gangguan pencernaan.

Sementara sebagian besar kasus tidak ditemukan adanya gejala demam.

Disdik mengimbau kepada sekolah-sekolah untuk memberikan komunikasi, informasi, dan edukasi kepada peserta didik dan orangtua/wali tentang penyakit hepatitis akut.

Baca Juga: Ditanya Soal Hepatitis Akut, PKL Depan Sekolah Sukoharjo Ngaku Tak Tahu

Adapun upaya pencegahannya dengan cara menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Edukasi yang diberikan bisa bersifat variatif. Satuan pendidikan bisa mengumpulkan peserta didik dalam satu ruang atau masuk ke tiap-tiap kelas.

Sekolah juga bisa berkoordinasi dengan puskesmas terdekat untuk menyosialisasikan penyakit hepatitis akut kepada peserta didik dan orangtua/wali.

“Kemudian apabila ditemukan gejala sakit kuning, peserta didik atau orangtua/wali segera mengujungi ke fasilitas kesehatan terdekat,” kata Gino saat ditemui Solopos.com, Rabu (25/5/2022).

Menurut Gino, satuan pendidikan di Wonogiri harus membangun dan memperkuat jejaring pelacakan dengan lintas program dan sektor terutama koordinator wilayah, kelompok bermain, TK, SD, SMP, dan Puskesmas terdekat.

Baca Juga: Pemkab Wonogiri Siapkan Bangsal Isolasi Hepatitis Akut

Disamping itu, Disdik terus menekankan protokol kesehatan Covid-19 agar tetap diterapkan. Sebab hal tersebut bisa menjadi salah satu upaya pencegahan hepatitis akut, selain virus Covid-19.

“Saat ini peserta didik masih melaksanakan pembelajaran tatap muka [PTM] 100%. Tapi mereka menerima empat jam pelajaran setiap hari. Sebenarnya berdasarkan surat keputusan bersama (SKB) empat menteri, kami bisa menambah jam pelajaran, tapi dari otoritas pemerintah daerah belum ada arahan dan masih dalam pengkajian,” ujar Gino.

Disdik akan menambah jam pelajaran menjadi enam jam pelajaran mulai tahun ajaran baru. Selain itu kantin sekolah juga akan diizinkan dibuka dengan syarat tetap memenuhi standar protokol kesehatan Covid-19 dan hepatitis akut.

Gino menambahkan berdasarkan SKB empat menteri kantin sekolah sudah diperbolehkan. Hanya, Disdikbud belum mengumumkan secara resmi kepada sekolah-sekolah.

Baca Juga: Hepatitis Akut Mengintai, DKK Sukoharjo: Tetap Tenang dan Berhati-hati

“Bisa buka nanti sekalian pada tahun ajaran baru. Saat ini jam pelajaran juga masih empat jam. Tidak ada waktu istirahat. Artinya siswa di sekolah tidak terlalu lama. Sehingga kantin belum bisa bekerja maksimal,” jelas dia.

Sebelumnya, sampai saat ini kantin-kantin sekolah memang belum dibuka. Hal itu mengakibatkan para pedagang di kantin sekolah kehilangan mata pencaharian.

Salah satunya, Widodo, pengelola kantin sekolah di SDN 4 Wonogiri. Menurutnya penutupan kantin sekolah berimbas banyak terhadap pemasukan ekonomi keluarganya. Sebab istri Widodo yang biasanya bisa berjualan di kantin sekolah, selama pandemi ini hanya berada di rumah.

“Nganggur di rumah [istrinya]. Enggak ada pemasukan sama sekali. Sebelumnya kerja buruh pabrik di Sritex. Kemudian disuruh kerja di sini [empat tahun terakhir]. Tapi sekarang malah pandemi,” kata Widodo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya