SOLOPOS.COM - Pedagang dan pembeli bertransaksi sapi di Pasar Hewan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jateng, Kamis (9/11/2017). (JIBI/Solopos/Antara/Aditya Pradana Putra)

Solopos.com, SUKOHARJO -- Dinas Pertanian dan Perikanan Sukoharjo memperketat pengawasan jalur distribusi hewan ternak di wilayah perbatasan dengan Kabupaten Gunungkidul, DIY.

Hal ini seiring merebaknya kasus antraks di wilayah itu. Puluhan warga positif tertular penyakit antraks di wilayah Gunungkidul.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat 27 orang positif tertular antraks hingga akhir Desember 2019. Di wilayah Gunungkidul ada beberapa daerah endemis yakni Desa Gombang, Kecamatan Ponjong, dan Desa Pucanganom, Kecamatan Rongkop.

Wilayah itu berbatasan langsung dengan wilayah Sukoharjo bagian selatan seperti Weru. Karena itu, Pemkab Sukoharjo memperketat pengawasan distribusi hewan ternak di wilayah Weru.

Ekspedisi Mudik 2024

“Petugas kesehatan hewan bakal disebar di sejumlah jalur di wilayah perbatasan. Hewan ternak yang masuk ke Sukoharjo bakal diperiksa secara ketat,” kata Kepala Bidang (Kabid) Peternakan Dinas Pertanian dan Perikanan Sukoharjo, Yuli Dwi Irianto, saat ditemui wartawan di kantornya, Rabu (22/1/2020).

Jadwal Pemadaman Listrik di Solo, Karanganyar, dan Sragen, Kamis (23/1/2020)

Selain memeriksa kesehatan, petugas akan mengecek surat keterangan kesehatan hewan (SKKH) yang wajib dikantongi ketika masuk wilayah Sukoharjo. Pedagang hewan kurban wajib mengantongi SKKH sebagai dokumen bebas penyakit yang diterbitkan dokter hewan.

Petugas juga menyosialisasikan pencegahan penularan penyakit antraks kepada para peternak sapi dan jagal di rumah pemotongan hewan (RPH). “Saya baru saja menandatangani surat edaran yang berisi permintaan agar para peternak dan jagal sapi meningkatkan kewaspadaan terhadap penularan antraks,” ujar dia.

Yuli menyampaikan wilayah Sukoharjo dikelilingi daerah endemis penyakit antraks yakni Gunungkidul, Karanganyar, Wonogiri, dan Boyolali. Apabila jalur distribusi hewan ternak tak diawasi secara ketat, sapi yang terindikasi terjangkit penyakit antraks dikhawatirkan masuk ke wilayah Sukoharjo.

Dia menambahkan hingga sekarang belum ada laporan mengenai sapi mati mendadak di Sukoharjo. “Jika ada laporan sapi mati, tim reaksi cepat kesehatan hewan segera mendatangi lokasi kejadian. Mereka bakal mengisolasi dan mengubur bangkai sapi,” papar dia.

Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Perikanan Sukoharjo, jumlah sapi yang tersebar di 12 kecamatan sebanyak 29.417 ekor. Sedangkan jumlah peternak sapi tercatat 14.830 orang.

1,5 Juta Warga Muhammadiyah Diprediksi Hadiri Muktamar di Solo

Data tersebut berdasarkan hasil sensus peternakan Badan Pusat Statistik (BPS) Sukoharjo pada beberapa tahun lalu. Seorang pedagang daging sapi di Pasar Ir. Soekarno, Danang, mengatakan daging sapi itu dipasok dari sejumlah pasar tradisional di Kota Solo.

Petugas kesehatan hewan selalu memeriksa kondisi daging sapi sebelum dijual kepada konsumen. Hal ini dilakukan untuk menjamin daging sapi layak dikonsumsi manusia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya