SOLOPOS.COM - Ilustrasi cek hipertensi (Freepik)

Solopos.com, SOLO — Hipertensi atau darah tinggi menjadi masalah pelik di Indonesia. Tidak sedikit orang tidak menyadari sakit hipertensi padahal ada 63 juta orang Indonesia bermasalah dengan tekanan darah tinggi.

Ini menjadikan hipertensi sebagai salah satu penyakit kardiovaskular yang paling umum dan paling banyak disandang masyarakat. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi saat tekanan darah berada pada nilai 130/80 mmHg atau lebih.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

‘Hipertensi sekarang jadi masalah utama kita semua, tidak hanya di Indonesia tapi di dunia karena hipertensi ini merupakan salah satu pintu masuk atau faktor risiko penyakit seperti jantung, gagal ginjal, diabetes, stroke,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PPTM) Kemenkes Cut Putri Arianie sebagaimana dilansir dari laman Kemenkes, beberapa waktu lalu.

Data World Health Organization (WHO) pada 2015 menunjukkan sekitar 1,13 miliar orang di dunia menyandang tekanan darah tinggi. Artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis penyakit ini.

Jumlah penyandang terus meningkat setiap tahunnya. Diperkirakan pada akan ada 1,5 miliar orang yang terkena tekanan darah tinggi dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat penyakit ini dan komplikasinya.

Data dalam Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menyatakan prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia ?18 tahun sebesar 34,1%.

Artinya sekitar 1 dari 3 orang Indonesia yang berusia di atas 18 tahun mengalami hipertensi. Kemenkes mengestimasi kasus tekanan darah tinggi mencapai 63,3 juta orang dengan angka kematian 427.218 orang.

Prevalensi tekanan darah tinggi paling tinggi ada di Kalimantan Selatan sebanyak 44,1%, sedangkan terendah di Papua sebesar 22,2%.

Obat Tak Rutin

Banyaknya orang yang terkena hipertensi ini belum berbarengan dengan pengetahuan tentang penyakit ini. Sebab ada 13,3% orang yang terdiagnosis tidak minum obat serta 32,3% tidak rutin minum obat.

Hal ini menunjukkan sebagian besar penderita tekanan darah tinggi tidak mengetahui bahwa dirinya hipertensi sehingga tidak mendapatkan pengobatan.

Inilah yang menjadi pemantik hipertensi disebut sebagai the silent killer. Penyakit ini sering tanpa keluhan sehingga penderita tidak mengetahui dirinya menyandang penyakit ini dan baru diketahui setelah terjadi komplikasi.

Kerusakan organ target akibat komplikasi akan tergantung kepada besarnya peningkatan tekanan darah dan lamanya kondisi tekanan darah yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati.

Organ-organ tubuh yang menjadi target antara lain otak, mata, jantung, ginjal, dan dapat juga berakibat kepada pembuluh darah arteri perifer. ”Semua organ yang memiliki pembuluh darah akan dirusak oleh hipertensi seperti otak,” kata dokter dari Perhimpunan Hipertensi Indonesia Tunggul Situmorang.

Potret tingginya penderita tekanan darah tinggi terlihat dari biaya pelayanan yang dikeluarkan BPJS Kesehatan. Bila pada 2016 biaya pelayanan unntuk pasien tekanan darah tinggi mencapai Rp2,8 triliun, pada 2017 dan 2018 menjadi Rp3 triliun.

Kemenkes di laman mereka menyatakan tekanan darah tinggi yang menjadi the silent killer sebenarnya bisa dicegah. Ada beberapa cara yaitu mengendalikan perilaku berisiko seperti merokok dan diet yang tidak sehat seperti kurang konsumsi sayur dan buah serta konsumsi gula, garam dan lemak berlebih.

Termasuk juga obesitas, kurang aktivitas fisik, konsumsi alkohol berlebihan dan stres. Kemenkes menyatakan ada beberapa cara untuk memantau dan mencegah hipertensi seperti melakukan aktivitas fisik secara teratur (setidaknya 30 menit sehari).

Juga mempertahankan berat badan normal dan lingkar pingang ideal. Setiap penurunan 5 kg kelebihan berat badan dapat mengurangi tekanan darah sistolik sebesar 2 sampai 10 poin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya