SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SUKOHARJO-Sebanyak 2.937 keluarga atau 9.737 jiwa di 11 desa di Kabupaten Sukoharjo berpotensi mengalami krisis air bersih selama musim kemarau ini.

Berbagai upaya terus dilakukan Pemkab guna mengantisipasi dan mengatasi krisis air bersih. Salah satunya menyalurkan bantuan air bersih ke daerah merah zona rawan kekeringan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Bantuan air bersih mulai kami salurkan ke Desa Kamal dan Kunden, Kecamatan Bulu,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo, Sri Maryanto ketika dijumpai wartawan di ruang kerjanya, Rabu (3/7/2019).

Dia mengatakan bantuan air bersih disalurkan karena wilayah tersebut mulai mengalami krisis air. Permohonan bantuan air bersih juga secara resmi disampaikan oleh pemerintah desa setempat. Setidaknya terdapat ratusan jiwa di wilayah Desa Kamal dan Kunden, Kecamatan Bulu yang mengalami krisis air bersih.

Selain wilayah itu, pihaknya juga mewaspadai krisis air bersih di lokasi lain. Berdasarkan pemetaan BPBD terdapat 2.937 keluarga atau 9.737 jiwa di 11 desa tersebar di tiga kecamatan di Kabupaten Sukoharjo berpotensi mengalami krisis air bersih selama musim kemarau ini.

Dia mengatakan koordinasi terus dilakukan BPBD dengan melibatkan pemerintah kecamatan, pemerintah desa dan pengurus RT/RW di daerah rawan kekeringan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan stok air warga.

“Beberapa wilayah dipetakan menjadi langganan kekeringan karena berlokasi di daerah dataran tinggi atau perbukitan, seperti Bulu, Weru, dan Tawangsari. Saat puncak musim kemarau, warga kesulitan mencari air bersih di wilayah mereka,” katanya.

Sumber air seperti sungai dan bendungan mengering. Mereka mengandalkan pasokan air bersih sumbangan para donator atau Pemkab Sukoharjo. Ihwal dropping bantuan air bersih, BPBD Sukoharjo berkoordinasi dengan Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Air Minum Tirta Makmur Sukoharjo (dulu bernama PDAM Sukoharjo).

Selama ini dia mengatakan bantuan air bersih tidak hanya berasal dari BPBD dan Perumda Air Minum Tirta Makmur saja, melainkan juga bantuan dari beberapa komunitas, corporate social responsibility (CSR) perusahaan serta lainnya. Pihaknya memprediksikan puncak musim kemarau akan terjadi pada Agustus.

“Biasanya bantuan air yang dikirimkan itu satu tangki berisi sekitar 4.000 liter. Bantuan akan dikirimkan petugas secara bergantian kepada warga setiap empat hari sekali,” katanya.

Sekretaris Camat (Sekcam) Bulu Heri Mulyadi mengatakan berdasarkan pemetaan terdapat empat desa di wilayah Bulu yang rawan kekeringan memasuki musim kemarau ini. Keempat desa itu adalah Sanggang, Gentan, Kamal, dan Kunden. Dua desa di antaranya kini memulai mengalami krisis air bersih, yakni Desa Kunden dan Kamal. Namun demikian krisis air bersih masih bisa ditangani, artinya warga masih mengandalkan air Pamsimas dan bantuan air bersih.

“Kekeringan belum ada yang sampai sumurnya mengering dan mencari ke sumber air di lokasi lain. Semua masih bisa ditangani dengan sumur Pamsimas dan sekarang mendapat bantuan air bersih dari Polres,” katanya.

Menurutnya keberadaan sumur Pamsimas belum mencakup seluruh desa. Ke depan pemerintah berkomitmen membangun sumur Pamsimas di tiap-tiap desa. Artinya setiap desa memiliki sumur Pamsimas dan bisa diandalkan untuk mengatasi persoalan air bersih saat musim kemarau datang.

Kendaraan sumur Pamsimas ini dinilai penting untuk mencukupi kebutuhan air bagi warga di Kecamatan Bulu yang memang masuk zona merah rawan kekeringan. Hal ini lantaran kondisi wilayah yang tandus.

Dia mengatakan musim kemarau tahun ini datang lebih awal dibanding tahun-tahun sebelumnya. Diperkirakan puncak musim kemarau akan terjadi pada Agustus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya