SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Semarangpos.com, TEMANGGUNG — Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Temanggung memetakan 103 desa/kelurahan di wilayah itu rawan terjadi bencana longsor. Pelaksana Tugas Kepala BPBD Temanggung, Gito Walngadi mengatakan dari 289 desa/kelurahan di daerah itu, sedikitnya terdapat 103 desa/kelurahan berpotensi longsor, terutama saat musim penghujan.

Ia menuturkan seratusan desa/kelurahan rawan longsor itu tersebar di seluruh kecamatan di Temanggung. Wilayah kecamatan paling banyak desa/kelurahan rawan longsor adalah Kaloran dengan sembilan desa/kelurahan, menyusul kemudian Pringsurat dan Wonoboyo yang masing-masing delapan desa/kelurahan. Sedangkan kecamatan dengan wilayah rawan longsor paling minim adalah Jumo dengan hanya satu desa.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Untuk Kecamatan Gemawang memiliki tujuh desa dan Wonoboyo delapan desa, semuanya merupakan daerah rawan longsor,” katanya di Temanggung, Jawa Tengah, Senin (10/12/2018).

Ekspedisi Mudik 2024

Ia mengatakan sejumlah desa rawan longsor karena kondisi geografis berupa perbukitan. Gito menuturkan guna mengantisipasi kejadian bencana BPBD Temanggung menyiapkan posko bencana di beberapa daerah rawan bencana pada musim hujan ini.

Ia menyebutkan posko tersebut meliputi Temanggung untuk mengampu wilayah Kecamatan Temanggung, Tlogomulyo, Bulu, Tembarak, dan Kedu. Posko Parakan mengampu wilayah Kecamatan Ngadirejo, Parakan, Kledung, dan Bansari. Kemudian Posko Candiroto mengampu wilayah Kecamatan Candiroto, Tretep, Bejen, dan Wonoboyo. Posko Kaloran mengampu wilayah kecamatan Kaloran, Pringsurat, Kandangan, Gemawang, dan Kranggan.

“Masing-masing posko ada 10 personel. Mereka siaga 24 jam secara bergantian,” ujarnya.

Ia mengimbau masyarakat di daerah rawan bencana untuk selalu waspada, terutama jika terjadi hujan deras dalam durasi lama. “Kalau memang kondisi mengkhawatirkan segera mengungsi ke daerah yang lebih aman,” lanjutnya.

Ia menyebutkan imbauan kepada masyarakat yang paling penting adalah tanggap atau respon cepat ketika hujan deras, hujan lebat disertai angin. “Saya kira masyarakat lebih paham baik dengan ilmu titen atau ilmu tradisional. Kalau hujan lebat mereka berteduh di tetangga yang lebih aman,” katanya.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya