SOLOPOS.COM - Pemandangan salah satu sudut kompleks Gunung Kemukus di Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Sragen. (Solopos/Moh. Khodiq Duhri)

Solopos.com, SRAGEN — Isi wasiat Pangeran Samudro, putra dari Raja Majapahit terakhir dari istri selir yang makamnya berada di Gunung Kemukus disalahartikan oleh para peziarah.

Dahulu kala, Pangeran Samudro pernah memberikan pesan kepada masyarakat sebelum meninggal dunia, yang bunyinya sebagai berikut.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sing sopo duwe panjongko marang samubarang kang dikarepke bisane kelakon iku kudu sarono pawitan temen, mantep, ati kang suci, ojo slewang-sieweng, kudu mindeng marang kang katuju, cedhakno dhemene kaya dene yen arep nekani marang penggonane.”

Baca Juga:  Harga Rokok 2022 Naik 12 Persen, Apa Penyebabnya?

Dalam bahasa Indonesia wasiat Pangeran Samudro itu memiliki arti, “Barangsiapa berhasrat atau punya tujuan untuk hal yang dikehendaki maka untuk mencapai tujuan harus dengan kesungguhan, mantap, dengan hati yang suci, jangan serong kanan/kiri harus konsentrasi pada yang dikehendaki atau yang diinginkan, dekatkan keinginan, seakanakan seperti menuju ke tempat kesayangannya atau kesenangnannya.”

Ada satu kata dalam wasiat tersebut, yakni dhemenan, disalahartikan oleh para peziarah Gunung Kemukus. Dalam bahasa Jawa dhemenan dianggap memiliki arti sebagai kekasih lain yang bukan istri/suami sah, kekasih gelap, istri/suami simpanan. Akibatnya, peziarah makam Pangeran Samudro harus membawa dhemenan saat ke Gunung Kemukus.

Baca Juga:  Berapa Tarif Sunat di Juru Supit Bogem Jogja?

Padahal arti sesungguhnya, kata dhemenan dalam wasiat tersebut memiliki makna keinginan yang diidam-idamkan, cita-cita yang ingin segera terwujud atau tercapai seperti seakan-akan ingin menemui kekasih. Sebagaimana dijelaskan dalam  penelitian dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta dan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta.

Ngalap Berkah dari Wasiat Pangeran Samudro yang Disalahartikan

Hal ini juga dibenarkan oleh Juru Kunci Makam Pangeran Samudro, Hasto Pratomo ketika ditemui Solopos.com, Kamis (15/11/2012) silam. Dia menuturkan nenek moyangnya dulu memberikan petuah lewat sanepan. Kata dhemenan yang terdapat di wasiat tersebut, disalahartikan oleh pelaku ngalap berkah di makam Pangeran Samudro.

“Terjemahan yang beredar di sebagian masyarakat, kalau ziarah harus membawa dhemenan. Padahal kalau ditelaah artinya, kalau ingin ziarah ke makam, hendaklah bersungguh-sungguh seperti ingin menemui kekasih. Ritual asusila seperti itu sebenarnya tidak diajarkan, tapi disalahgunakan oleh beberapa pihak yang memiliki kepentingan,” jelasnya.

Baca Juga:  Mulai Dijual Hari Ini, Begini Cara Beli Tiket MotoGP Mandalika 2022

Adapun Ritual ngalap berkah di Gunung Kemukus yang dimaksud adalah ritual berhubungan intim dengan lawan jenis yang bukan pasangan sahnya selama tujuh kali dalam waktu satu lapan. Menurut Hasto, hali ini mulai terjadi sejak tahun 1970-an. Dia mengaku tidak lelah memberikan edukasi kepada peziarah sejak dirinya mulai menjadi juru kunci di tahun 1988, namun masih banyak yang melakoni ritual tersebut.

“Zaman kakek saya dulu belum ada tradisi seperti itu. Kalau yang diajarkan hanya datang, bersuci di Sendang Ontrowulan kemudian berdoa di makam. Tapi sekarang disalahartikan,” keluhnya.

Baca Juga:  Metode Sunat Juru Supit Bogem: Digunting Terus Dilipat, Gak Dipotong?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya