SOLOPOS.COM - Soto sapi Mbah Gito Birun di Kelurahan/Kecamatan Jatinom, Klaten. Warung soto hanya buka saat pasaran Legi atau lima hari sekali. (Solopos.com/ Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATENSoto sapi Mbah Gito Birun, Kelurahan/Kecamatan Jatinom, Klaten, menjadi salah satu kuliner legendaris di Klaten. Sudah ada sejak era 1950-an, warung soto itu hanya buka saban pasaran Legi atau lima hari sekali.

Warung soto itu berlokasi di seberang Kantor Kelurahan Jatinom yang berada di belakang Kantor Kecamatan Jatinom. Lokasinya juga bersebelahan dengan bekas pasar sapi yang kini berubah menjadi taman.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Suasana warung Soto Mbah Gito Birun sederhana. Para pelayannya pun ramah dan kerap kali terdengar sendau gurau mereka yang kian meriuhkan suasana warung yang tak pernah sepi itu ketika Legi tiba.

Baca Juga: Jajan Lur! Kuliner Taman Nyi Ageng Rakit Rawa Jombor Klaten Sudah Buka

Tak ada papan nama atau spanduk yang menunjukkan tempat itu sebagai warung Soto Mbah Gito Birun. Namun, warung ini sudah kadung dikenal oleh pelanggannya yang berasal dari berbagai daerah. Buka saat Legi mulai dari subuh, warung itu sudah dibanjiri pelanggan. Menjelang tengah hari, soto di warung itu sudah habis.

Soto sapi disajikan menggunakan piring. Kuahnya yang kaya rempah tradisional berasa gurih. Irisan daging sapinya empuk.

Warung soto itu kini dikelola generasi kedua yang tak lain putra Mbah Birun, Ismudja, 65. Pewaris soto Mbah Gito Birun itu pun mulai bersiap untuk meneruskan usaha warung kepada putrinya yang menjadi generasi ketiga pengelola Soto Mbah Gito Birun.

Baca Juga: Nikmatnya Brongkos Cipto Gandung, Kuliner Sejak Era Kolonial di Klaten

Ismudja menceritakan warung soto itu dirintis kedua orang tuanya sejak 1950-an. Ide membuat warung itu cukup sederhana.

“Dulu itu di sini dekat pasar sapi dan waktu itu belum banyak warung. Kemudian orang tua saya membuka warung soto. Karena dekat dengan pasar sapi, akhirnya menggunakan daging sapi dan menjadi ciri khas sampai sekarang,” kata Ismudja yang seorang pensiunan PNS Pemkab Klaten tersebut saat ditemui Solopos.com, Minggu (6/3/2022).

Ismudja menjelaskan sejak awal buka hingga kini warung soto itu hanya buka saban Pasaran Legi. Kala itu, hari buka warung menyesuaikan hari pasar hewan beroperasi yang juga saban Legi dalam penanggalan Jawa.

Baca Juga: Emak-Emak Ngerangan Klaten “Sulap” Tiwul Jadi Kuliner Kekinian

Selain pasaran Legi, warung soto tutup dan pengelola warung menjalankan usaha industri rumahan memproduksi kecap yang juga diturunkan dari Mbah Birun. Kecap yang diproduksi itu pula yang digunakan untuk usaha warung tersebut. Selain itu, kecap produksi pengelola warung soto itu sudah dipasarkan ke berbagai daerah.

Ismudja mengaku hingga kini belum kepikiran untuk membuka warung soto saban hari. Selain faktor terbatasnya tenaga kerja, Ismudja tetap memegang pesan orang tuanya.

“Sebenarnya pelanggan itu banyak yang suruh buka setiap hari. karena tenaga tidak mampu sehingga hanya buka lima hari sekali. Mbah e juga pesan suruh melestarikan lima hari sekali saja. Istilahnya bagi-bagi untuk yang lain,” kata Ismudja.

Baca Juga: 5 Kuliner Autentik Khas Klaten, Sudah Coba Semua Lur?

Seporsi soto daging sapi saat ini seharga Rp13.500 dengan porsi kecil Rp11.500. Warung itu juga menyajikan gorengan serta aneka jeroan sapi yang diolah sendiri oleh pengelola. Warung itu hingga kini belum memiliki cabang di tempat lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya