SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Manila–Seorang wartawan radio di Filipina ditembak mati saat tengah memandu kontes menyanyi. Wartawan ini ditembak dari jarak dekat oleh seorang pria bersenjata.

Demikian seperti dilansir AFP, Selasa (15/6). Wartawan tersebut bernama Desidario Camangyan,52, tengah memandu kontes menyanyi daerah di sebuah kota kecil bernama Mati, Filipina, Senin (14/6) malam.

Promosi Direktur BRI Tinjau Operasional Layanan Libur Lebaran, Ini Hasilnya

Menurut polisi setempat, seorang pria tidak dikenal yang bersenjata mendekati Desidario saat di belakang panggung dan langsung menembaknya. “Korban hendak duduk setelah memandu (kompetisi) ketika si pelaku telah memasuki bagian belakang panggung dan menembaknya dari jarak dekat,” ujar juru bicara kepolisian setempat, Inspektur Senior Querubin Manalang.

“Saat itu sangat gelap dan ramai di tempat kejadian perkara, sehingga tak seorang pun melihatnya,” imbuhnya. Dikatakan Manalang, baik pelaku maupun motif pembunuhan ini masih menjadi misteri. “Kami belum memiliki tersangka. Itulah sebabnya kami telah membuat satuan tugas untuk mempelajari dan memahami situasi sebenarnya di balik pembunuhan ini,” jelas Manalang.

Desidario yang bekerja di sebuah radio lokal Sunrise FM, dikenal berani berbicara melawan penyakit kriminal di daerah tersebut, termasuk obat-obatan terlarang dan perjudian.

Filipina menjadi negara paling berbahaya di dunia bagi wartawan. Kepentingan penguasa, baik kelompok-kelompok kriminal ataupun politisi, terkenal atas pembunuhan para wartawan di Filipina.

Pembunuhan para wartawan tersebut diduga untuk membungkam mereka dan mengintimidasi pekerja media lainnya. Dalam kasus seperti ini, para penyerang atau pelaku jarang sekali tertangkap atau dihukum.

Komite untuk Melindungi Para Wartawan, yang berbasis di New York, menyatakan 32 wartawan tewas di Filipina pada tahun 2009, hal ini menjadikan Filipina sebagai negara paling mematikan di dunia untuk wartawan tahun lalu. Sebuah kelompok media setempat menyatakan, setidaknya 137 wartawan telah dibunuh sejak jatuhnya diktator Ferdinand Marcos pada 1986 silam. Dari angka tersebut, sekitar 100 kematian terjadi sejak Presiden Gloria Arroyo berkuasa pada tahun 2001.

dtc/ tiw

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya