SOLOPOS.COM - Ilustrasi karangan bunga duka cita (JIBI/Dok)

Solopos.com, SOLO — Kabar duka menyelimuti pentas kesenian Kota Bengawan. Seniman multitalenta Wari Wirono mengembuskan napas terakhir pada usia 55 tahun di rumahnya, Kampung Tempen RT 003/RW 003, Kelurahan Joyosuran, Kecamatan Pasar Kliwon, solo, Senin (28/10/2013) pukul 07.30 WIB.

Seniman dan budayawan yang telah dua tahun absen dari panggung puisi, teater, dan seni rupa Kota Solo itu meninggal dunia lantaran komplikasi penyakit diabetes, ginjal, dan jantung. “Sudah 12 tahun bapak sakit gula. Sebelumnya sempat bolak-balik rumah sakit. Terakhir keluar dari rumah sakit Kamis [24/10/2013] lalu sehabis operasi prostat. Sepulang dari rumah sakit kondisinya belum membaik. Sampai akhirnya tadi pagi meninggal dunia,” terang istri almarhum, Kristina Maryami yang ditemui Solopos.com, Senin (28/10/2013) malam.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Semasa menjalani hari-hari terakhirnya di rumah, lanjut Maryami, suaminya masih aktif membaca tumpukan buku filsafat dan sastra koleksinya. “Walaupun sakit dan enggan keluar rumah, bapak masih membaca. Saya terakhir dapat pesan, agar memajang karya lukisan terakhirnya yang bergambar mirip aktris Happy Salma,” katanya.

Teaterawan sekaligus sastrawan Sosiawan Leak, mengakui panggung seni di Kota Bengawan telah kehilangan sosok kontroversial yang acap kali melontarkan ide di luar pakem. “Wari dikenal sebagai seniman otodidak yang multitalenta. Beliau kerap sekali melontarkan ide yang di luar pakem,” terang Leak ketika dihubungi Solopos.com, Senin malam.

Menurut Leak, di kalangan seniman Wari dikenal sebagai sosok yang bisa menghidupkan ruang diskusi dan bisa memberikan sumbangan ide baru di luar kaidah seni kebanyakan. “Kalau ada Wari, pasti suasana lebih hidup. Dia pasti akan membawa ide dan melontarkan suaranya yang ‘kencang’. Tidak banyak teaterawan yang mau menggarap alur kompleks yang tidak linear seperti beliau. Lukisannya juga abstrak. Gagasannya sering dianggap polemik. Tapi tanpa beliau, tidak ada dinamika di ruang diskusi,” jelas Leak.

Leak mengaku terakhir kali bertemu dengan Wari ketika dirinya mengadakan bedah buku dwi bahasa antologi puisi Friedrich Nietzsche di Balai Soedjatmoko Bentara Budaya Solo pada 2012 lalu. “Terakhir saya bertemu di acara saya bersama Berthold Damhausser. Dia rekan saya peneliti Nietzsche. Wari yang kala itu sudah sakit datang masih dengan semangat yang sama. Dengan pengetahuannya, dia ngeyel dengan teori rekan saya yang meneliti puisi Nietzche,” kenang Leak.

Jenazah pria bernama lengkap Bernadus Wari Anto Wirono ini akan dikebumikan di kampung halamannya di pemakaman umum Sengon, Begajah, Sukoharjo, Selasa (29/10/2013) siang. Jenazah akan diberangkatkan dari rumah duka pukul 10.00 WIB. Almarhum pergi meninggalkan istri dan dua orang putri bernama Yosephin Isabella Iswary dan Paulina Arbeta Lia Iswari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya