SOLOPOS.COM - Pohon asam besar tumbuh di Taman Selopadi atau Taman Plinteng Semar, kawasan kota Wonogiri. (Solopos-Rudi Hartono)

Solopos.com, WONOGIRI — Warga penghuni tempat usaha dan rumah sisi selatan Taman Plintheng Semar, dekat perempatan Ponten, kawasan kota Wonogiri, Wonogiri, khawatir cabang pohon asam di taman tersebut patah.

Mereka menilai cabang pohon yang mengarah ke selatan itu bisa sewaktu-waktu patah karena pohon sudah berusia lebih dari 100 tahun.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pantauan pada Minggu (2/2/2020), pohon sama di Taman Plintheng Semar Wonogiri memiliki banyak cabang pohon berukuran besar dan panjang di bagian atas. Cabang pohon menjulur ke timur dan selatan. Di bawah cabang pohon terdapat hunian dan tempat usaha warga.

Pemilik toko kelontong selatan taman, Rahmadi, 50, mengaku sejak kali pertama menempati toko sekitar 20 tahun lalu sudah waswas. Sebab, pohon asam saat itu sudah condong. Setelah mencari informasi dia mengetahui kondisi tersebut sudah terjadi sejak dahulu.

Dia bersyukur hal yang dikhawatirkannya tak terjadi meski sudah bertahun-tahun menempati toko di dekat taman. Namun, sejak satu hingga dua tahun terakhir kekhawatirannya kembali muncul. Sebab, banyak cabang pohon berukuran besar mengarah ke selatan.

Bansos Sembako Naik Jadi Rp150.000/Bulan, Wonogiri Siapkan Potensi Lokal

“Sebenarnya saya yakin kalau pohon asam ini sangat kuat. Condongnya dari dulu juga enggak semakin tambah miring. Tapi kalau becermin dari kejadian di tempat lain, pohon yang kuat pun kalau diterpa angin kencang dan hujan bisa roboh atau setidaknya cabangnya patah,” kata Rahmadi.

Dia berharap pihak terkait mengawasi secara berkala. Jika pohon atau cabang pohon dipandang rawan patah, pihak terkait dapat melakukan langkah yang diperlukan.

Pemilik tempat usaha lainnya di selatan taman, Sri Widiastati, mengaku khawatir pula cabang pohon asam patah sewaktu-waktu. Namun, dia tak yakin ada pihak yang berani memotong cabang pohon itu, terlebih memotong pohon utama.

Sebab, perempuan paruh baya itu menyebut pohon tersebut ada “penunggunya”. Jika cabang atau pohon ditebang, “penunggu” bisa marah, bahkan mengamuk.

“Pohonnya semakin tua, cabangnya makin panjang dan besar juga, semakin rawan patah. Di sisi lain pohonnya ditunggui Mbah Semar. Tidak ada yang berani menebangnya,” ucap Sri didampingi anaknya, Adit, 32.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya