SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Dok/JIBI)

Harianjogja.com, BANTUL-Puluhan warga Dusun Keyongan Lor, Pedukuhan Dukuh Desa Sabdodadi Bantul menolak keberadaan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Elpiji (SPBBE) yang ada di wilayah mereka.

SPBBE tersebut sedianya sudah beroperasi sekitar 3-4 tahun lalu. Kini, otoritas SPBBE tengah memperpanjang izin operasi stasiun bahan bakar itu yang sudah habis sekitar April lalu. Namun perpanjangan izin itu rupanya tidak berjalan mulus. Sebagian warga di Dusun Keyongan Lor menolak izin perpanjangan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kepala Dusun Dukuh, Desa Sabdodadi Bantul Ponijo mengatakan, banyak alasan yang dikemukakan warga yang menolak perpanjangan SPBBE itu.

Mulai dari alasan kekhawatiran tinggal di dekat stasiun bahan bakar yang rentan meledak, pimpinan SPBBE yang dianggap kurang dekat dengan warga, kabar adanya bau yang ditimbulkan dari gas elpiji, larangan membakar jerami di sawah dekat SPBBE serta berbagai alasan lainnya.

“Ada juga alasannya yang enggak masuk akal, gara-gara SPBBE toko kelontong enggak laku,” kata Ponijo, Rabu (7/5/2014).

Penolakan itu, menurut dia, hanya dilakukan sekelompok warga, sementara warga lainnya menganggap tidak ada masalah. Ponijo mengakui selama ini tidak pernah ada masalah dengan keberadaan SPBBE itu. “Selama ini sebenarnya enggak ada masalah, enggak pernah ada bau. Kalau warga di pedusunan lain adem ayem saja,” paparnya.

Namun karena ada sebagian warga yang menolak, musyawarah tetap dilakukan untuk mengakomodasi keinginan warga.

Pertemuan itu melibatkan warga yang kontra SPBBE, manajemen SPBBE hingga Kepala Desa Sabdodadi. Pembicaraan terakhir, lanjutnya, warga yang kontra masih pada posisinya meminta agar SPBBE itu direlokasi.

Asmadi, 42, warga Keyongan Lor yang rumahnya dekat dengan SPBBE mengungkapkan, selama ini tidak pernah ada masalah dengan stasiun bahan bakar itu. kabar soal adanya bau gas menurutnya tidak pernah tercium. Namun Asmadi mengaku idak tahu banyak alasan warga menolak SPBBE tersebut sebab dirinya tidak ikut diundang musyawarah.

Asmadi menduga, penolakan warga karena manajemen SPBBE tidak memberi kompensasi ke warga sekitar. “Dulu di awal-awal pendirian warga dikasi sarung. Kebetulan waktu itu mau Lebaran. Sekarang enggak pernah ada lagi. Mungkin warga maunya ada kompensasi ke warga. Entah ngasi tikar kek atau apa kek untuk kumpulan,” tuturnya.

Pimpinan SPBBE Sabdodadi Bantul Nanang Suswandono tidak berada di kantornya saat Harian Jogja menyambangi SPBBE Rabu (7/5/2014) siang.

Petugas SPBBE mengatakan, pimpinannya tidak berada di tempat. Petugas juga menolak saat diminat nomor telepon Nanang Suswandono untuk memudahkan konfirmasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya