SOLOPOS.COM - Ilustrasi Virus Corona (Solopos/Whisnupaksa)

Solopos.com, SRAGEN – Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati khawatir wilayahnya menjadi zona merah Covid-19. Hal ini disebabkan masih banyak warga yang tidak patuh memakai masker.

Dia pun menyeru aparatur sipil Negara (ASN) dan para anggota Dharma Wanita Sragen menjadi sukarelawan pencegahan Covid-19. Seruan itu disampaikan mengingat kepatuhan masyarakat dalam mengenakan masker tidak lebih dari 50%.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Seruan itu disampaikan dalam sosialisasi new normal terhadap anggota Dharma Wanita Sragen di Gedung Kopri Sragen, Selasa (16/6/2020). Yuni, sapaan akrab Bupati Sragen, mengingatkan masyarakat tidak boleh lengah dengan pemberlakukan new normal.

Heboh Babi Hutan Aneh di Banyumas: Kakinya Berjari, Suka Makan Nasi dan Minum Kopi

Ekspedisi Mudik 2024

Dia khawatir bila masyarakat lengah, kasus positif Covid-19 terus bertambah. Dengan demikian bisa sajastatus Sragen sebagai zona kuning bisa turun menjadi zona merah Covid-19.

“Sragen sekarang masuk zona kuning. Artinya, risikonya sedang. Kebijakan yang diambil memulai kehidupan new normal di sektor-sektor tertentu, kecuali pendidikan. Sektor pendidikan bisa masuk new normal bila status daerah menjadi zona hijau. Di Sragen yang dibuka di antaranya sektor pariwisata dan sektor lainnya tetapi wajib memenuhi protokol kesehatan pencegahan Covid-19,” terang Yuni.

Gara-Gara Bakar Sampah, Rumah Kayu Dihuni ODGJ di Grobogan Hangus Terbakar

Kasus Covid-19 Sragen

Yuni menjelaskan Sragen masuk zona kuning karena tren penurunan angka kasus positif Covid-19. Tetapi belakangan kasus positif Covid-19 di Sragen cenderung meningkat.

Itulah sebabnya dia menyeru masyarakat tidak boleh lengah. Yuni mengajak para ASN dan anggota Dharma Wanita Sragen menjadi sukarelawan anti-Covid-19.

Dia menegaskan wabah Covid-19 menjadi tanggung jawab bersama. Dia optimistis para ASN dan anggota Dharma Wanita memiliki kemampuan untuk mengedukasi masyarakat di Sragen, setidaknya taat memakai masker.

“Kebijakan new normal itu diambil per 10 Juni 2020 lalu dan hanya berlaku selama sebulan ke depan. Kalau sebulan ke depan kasus positif bertambah sampai dua kali lipat atau tiga kali lipat dan disertai kasus kematian maka tentu new normal ditunda. Kebijakan new normal selama ini masih uji coba,” katanya.

Viral Ikan Arwana Wong Sukoharjo Digoreng Sang Ayah, Gimana Rasanya?

Dia khawatir kasus positif Covid-19 yang muncul belakangan mengarah pada transmisi lokal. Dia mengatakan jika kasus positif Covid-19 naik terus, maka Sragen bisa jatuh ke zona merah.

“Nah, supaya Sragen tidak menjadi zona merah maka kita harus mengedukasi masyarakat terus menerus secara persuasif supaya sadar,” pintanya.

Dia menekankan kesadaran dan kedisiplinan masyarakat menaati protokol kesehatan menjadi kunci keberhasilan new normal di tengah pandemi Covid-19. Dia melihat di tempat yang menyediakan wastafel untuk cuci tangan tidak banyak orang dipakai orang sekitar.

Yuni menyampaikan dalam satu jam saja orang yang mencuci tangan di fasilitas publik itu tidak sampai 10 orang. Hal itu menunjukkan kesadaran masyarakat untuk mencuci tangan masih rendah. Hal inilah yang dikhawatirkan membuat Sragen jatuh menjadi zona merah Covid-19.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya