SOLOPOS.COM - Pagar seng dipasang untuk menutup akses menuju Jembatan Mojo, Pasar Kliwon, Solo, Senin (26/9/2022). (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SUKOHARJO — Sejumlah jalur alternatif mulai ramai dan padat merayap setelah Jembatan Mojo ditutup, Senin (26/8/2022) pada pukul 10/30 WIB. Apalagi jembatan jurug juga ditutup sejak beberapa hari lalu karena adanya perbaikan.

Salah satu warga terdampak penutupan kedua jembatan tersebut yakni, Sumadi, asal Plumbon, Mojolaban, Sukoharjo.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Sumadi menyayangkan pemerintah yang melakukan perbaikan jembatan hingga penutupan jalan secara bersamaan. Apalagi keduanya merupakan jalur vital yang menghubungkan dua kabupaten.

Padahal seharusnya ada manajemen pembangunan sehingga perbaikan dan penutupan jalan tak harus dilakukan secara bersamaan.  “Kalau bisa pembangunan dipercepat, mosok dikerjakke bareng [dikerjakan bersamaan],” keluh Sumadi, Senin (26/9/2022).

Sumai akhirnya harus melewati jembatan sasak untuk ke Pasar Gemblegan. “Lewat jalur alternatif lain jauh, Plumbon ke Pasar Gemblegan,” kata warga Plumbon ini.

Baca juga: Jembatan Mojo Sukoharjo Ditutup: Jembatan Sasak Padat, Jalan Ciu Macet

Sumadi juga akan menggunakan jembatan sasak sebagai jalur alternatif untuk mengantarkan anaknya sekolah.

Sebelumnya, diberitakan kondisi jembatan sasak yang menghubungkan Kecamatan Mojolaban dengan Kota Solo mulai padat ramai pukul 11.35 WIB. Warga secara bergantian menyeberang dipandu oleh pengelola.

Mayoritas pengguna jembatan sasak Mojolaban adalah pejalan kaki, pekerja, dan orang tua yang menjemput anak sekolah.

Sementara, kondisi arus lalu lintas di Jalan Ciu ramai lancar pukul 08.27 WIB. Kendaraan yang lewat adalah kendaraan bermotor roda dua, roda empat berupa truk bermuatan sedang, bus trans solo (BST), dan mobil.

Sebelum ada penutupan Jembatan Mojo sudah ramai, kepadatannya lumayan. Pengguna jalan didominasi pekerja, anak sekolah, dan mobil-mobil.

Baca juga: Jembatan Mojo Ditutup! Catat 5 Rekomendasi Jalur Alternatif Solo – Sukoharjo

Petugas Perlindungan Masyarakat (Limnas) Pranan yang berjaga di sekitar rel kereta api arah Jalan Ciu Sukoharjo, Suwarto, mengatakan kemacetan di kawasan rel kereta api dapat terjadi hingga 1 km saat kereta lewat pukul 07.00 WIB, pukul 09.00 WIB, pukul 11.00 WIB, dan pukul 13.00 WIB.

“Kendaraan yang lewat didominasi truk, kendaraan roda dua, mobil, dan BST,” kata Suwarto.

Suwarto mengatakan kenaikan arus lalu lintas terjadi kurang lebih 20%. “Biasanya ramai [sebelum pengalihan arus Jembatan Mojo, tapi jadi lebih ramai sekarang,” lanjut Suwarto.

Sementara itu, berdasarkan pantauan Solopos.com mulai terjadi kemacetan di jalur alternatif Jalan Ciu Karangwuni, Karangan, Telukan, Grogol pada pukul 12.00 WIB.

Baca juga: Jembatan Mojo Ditutup Pukul 10.00 WIB, Kontraktor Persiapkan Tambah Rambu Baru

Dekan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Sholihin As’ad, menyoroti soal perbaikan Jembatan Mojo dan Jembatan Jurug yang dilakukan hampir bersamaan hingga menimbulkan kemacetan di tiga wilayah yakni wilayah Kecamatan Jaten, Karanganyar, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo, dan Kecamatan Jebres, Solo.

Sholihin mengatakan pemeliharaan jembatan harus terus dilakukan, mengingat performa struktur bangunan berdasarkan waktu lama-lama akan mengalami penurunan.

Sementara dampak kemacetan hanya bagian dari penyesuaian. Selain perbaikan dia menyoroti perihal pemeliharaan Jembatan Mojo dan Jembatan Jurug yang harus dilakukan berkala.

“Pemeliharaan harus selalu bisa dilakukan, dipantau per dua atau lima tahun, dievaluasi kalau hasilnya kurang harus diperbaiki. Kalau itu diperbaiki, itu ibaratnya kan menaikkan kinerja kembali. Akan ada harapan masyarakat terlayani lebih baik,” terangnya saat ditemui di kantornya, Kamis (22/9/2022).

Disinggung perihal urgensi revitalisasi dua Jembatan Mojo dan Jembatan Jurug secara bersamaan, menurutnya relatif ketika berbicara mengenai berbahaya atau tidak jika tidak diperbaiki.

Baca juga: Jembatan Mojo Ditutup! Catat 5 Rekomendasi Jalur Alternatif Solo – Sukoharjo

“Berbahaya atau tidak jika diperbaiki itu relatif tergantung beban yang melewati. Tentu engineer saat mempersiapkan [membangun jembatan] sudah dipersiapkan sedemikian rupa. Ketika proyek sudah berjalan kan pastinya ada evaluasi dari pengelola jalan dan jembatan,” ujarnya.



Jika proyek jembatan dapat tertangani dan bagus, menurutnya perihal struktur bisa terselesaikan. Secara psikologis orang yang akan melewati juga lebih nyaman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya