SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

BANTUL—Ratusan warga Desa Srimartani, Piyungan harus berjalan hingga tiga kilo meter ke sumber air untuk memenuhi kebutuhan mandi dan mencuci. Bila tidak, warga terpaksa membeli air dari PDAM milik Pemkab Sleman.

Kesulitan air bersih dirasakan mulai terjadi sejak sebulan  terakhir saat hujan tak lagi turun. Kepala Dukuh Sanansari, Srimartani, Piyungan, Mugiman, Rabu (6/7) mengungkapkan, setiap hari ratusan warganya berduyun-duyun ke sungai irigasi di dekat pasar Kembangsari yang berjarak tiga kilo meter dari Sanansari hanya untuk mandi dan mencuci.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Bagi yang punya uang, untuk keperluan mandi dan mencuci dapat membeli air ke PDAM milik Pemkab Sleman melalui sumber air di daerah Bleberan (perbatasan dengan Sanansari).

“Mandi dan mencuci di sungai itu sudah sejak tiga minggu ini,” terang Mugiman.

Di Sanansari terdapat sekitar 290 Kepala Keluarga (KK). Hampir 70 persennya, menurut Mugiman, mengandalkan air sungai irigasi di Kembangsari.

Terpisah, Damani warga Sanansari ditemui Harian Jogja menuturkan, dirinya harus mengeluarkan banyak biaya untuk mendapatkan air bersih. Sebelumnya pada musim hujan warga hanya membeli air minum ke PDAM Sleman seharga Rp7.000 per kubik atau 1.000 liter. Namun semenjak sebulan terakhir, setelah kemarau datang, untuk kebutuhan mandi dan mencucui pun harus membeli air, karena air hujan yang ditampung di bak sudah habis.

“Kalau pas hujan saya cuma beli 5 kubik untuk air minum per bulan, setelah kemarau sampai 25 kubik per bulan kalikan saja Rp7.000 per kubik,” katanya.(Harian Jogja/Bhekti Suryani)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya