SOLOPOS.COM - Juminem dan kedua anaknya mengantre air bersih di Dusun Groyokan Desa Sambirejo, Prambanan, Rabu (31/10/2012). (Foto: Ujang Hasanudin/JIBI/Harian Jogja)

Juminem dan kedua anaknya mengantre air bersih di Dusun
Groyokan Desa Sambirejo, Prambanan, Rabu (31/10/2012). (Foto: Ujang Hasanudin/JIBI/Harian Jogja)

SLEMAN-Warga Dusun Groyokan, Desa Sambirejo, Prambanan masih kesulitan mendapatkan air bersih. Pasalnya, sumur-sumur di Dusun setempat masih kering meski sudah turun hujan. Untuk memperoleh air bersih harus
membeli ke bak penampungan milik desa.

Promosi Ada BDSM di Kasus Pembunuhan Sadis Mahasiswa UMY

Juminem, 45, salah satu warga setempat mengaku, harus membeli air bersih seharga Rp500 untuk satu jerigen berisi 20 liter dan Rp300 untuk jrigen berukuran sedang. Bahkan ibu dua anak ini terpaksa harus mengantre untuk mendapatkan air.

“Sudah 6 bulan kemarau. Kemarin satu kali hujan tapi sumur masih kering,” katanya saat ditemui Harian Jogja, Rabu (31/10/2012). Menurut Juminem, sebenarnya ada satu sumber air di wilayah Sambirejo namun jarak tempuh yang harus dilalui sekitar 2 kilometer membuatnya memilih untuk membeli.

Terpisah,  Ketua Ikatan Forum pelanggan (IFP) PDAM, Bambang Hardjono menghimbau, hendaklah memanfaatkan air dengan bijak, dan menghindari pemakaian yang tidak perlu sehingga dapat dilakukan penghematan dan
efisiensi. Sebab, air sendiri merupakan kebutuhan pokok yang mempunyai
nilai ekonomis.

“Seiring dengan bertambahnya penduduk dan perumahan di wilayah Sleman, maka kebutuhan akan air bersih menjadi prioritas yang tidak bisa diabaikan,” katanya dalam rilis yang diterima Harian Jogja

Ditambahkan Bambang, pihaknya melakukan kesepakatan kepada pihak Pemkab Sleman untuk menaikkan tarif air minum sebesar Rp500 per meter kubik. Sehingga harga yang dibebankan kepada pelanggan sebesar Rp2.500. Pihaknya juga menyambut baik keputusan Bupati yang mengurangi angka kenaikan yang diusulkan yaitu Rp 2.776 per meter kubik menjadi Rp 2.500 per meter kubik.

“Selama enam tahun, harga dasar tarif air minum memang tidak pernah naik. Pasca erupsi Merapi perusahaan (PDAM) telah terbebani dengan rusaknya infrastruktur dan jaringan pipa yang dipakai sebagai saluran air ke rumah-rumah dan tentu saja perbaikan tersebut memerlukan biaya yang tidak sedikit,” kata Bambang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya