SOLOPOS.COM - Seorang pengelola TPS3R Plumbungan melihat kode kedaluwarsa pada botol minuman bersoda di TPS3R Panggungharjo, Sewon, Bantul, Kamis (30/9/2021). (Istimewa/Kelurahan Plumbungan)

Solopos.com, SRAGEN — Penduduk di wilayah perkotaan menyumbang sampah terbesar ke tempat pembuangan akhir (TPA) di Tanggan, Gesi, Sragen. Dari potensi sampah yang masuk ke TPA Tanggan sebanyak 120 ton per hari, sampah perkotaan menyumbang 70-80 ton per hari atau 66,67%.

Atas dasar itulah, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) mengoptimalkan retribusi sampah bagi keluarga di perkotaan. Wilayah perkotaan di Kabupaten Sragen itu terdiri atas enam kelurahan di Kecamatan Sragen Kota, yakni Nglorog, Sragen Wetan, Sragen Tengah, Sragen Kulon, Sine, dan Karangtengah. Kemudian dua kelurahan di Kecamatan Karangmalang, yaitu Kroyo dan Plumbungan dan empat kelurahan di wilayah Kecamatan Gemolong.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

“Sampah dari desa yang masuk ke TPA relatif kecil mengingat desa sudah mengolah sampah menjadi pupuk dan produk kerajinan. Oleh karenanya, kami menggerakkan warga di kelurahan, ayo bersama-sama mengatasi sampah,” ujar Kepala DLH Sragen, Tedi Rosanto, di Alun-alun Sragen, Senin (21/2/2022).

Baca Juga: Desa/Kelurahan di Sragen Diminta Buat Aturan Warga Wajib Pilah Sampah

Dengan potensi sampah terbesar di perkotaan itu, Tedi berkeinginan untuk menggenjot retribusi sampah untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Nilai retribusi sampah sesuai dengan Perda Retribusi Jasa Umum Rp3.000 per bulan per keluarga. “Kami berharap kontribusi warga untuk membayar retribusi berjalan karena retribusi Rp3.000 per bulan itu wajib bagi setiap keluarga di perkotaan,” jelasnya.

Target retribusi sampah pada 2022 ini sebanyak Rp125 juta. Tedi optimistis target retribusi bisa sampai Rp250 juta. Strateginya adalah dengan mengikutkan pembayaran retribusi sampah dalam pembayaran tagihan PDAM. Untuk itu, DLH akan bekerja sama dengan PDAM Tirtonegoro Sragen untuk menggenjot retribusi sampah itu.

“Pada 2021, target pada APBD Rp80 juta kemudian dinaikan menjadi Rp300 juta pada APBD Perubahan. Realisasinya Rp120 jutaan sehingga target tidak tercapai. Kami akan fokus di perkotaan untuk mendapat pelayanan sampah hingga ke TPA. Prinsipnya ketika sampah masuk TPA maka retribusi dipungut. Sampah dari desa yang mausk ke TPA memungkinkan dipungut tetapi mekanismenya lewat desa,” katanya.

Baca Juga: 2 TPS di Sragen Ditutup, Warga Buang Sampah ke Sungai dan Saluran Irigasi

Lebih jauh Tedi mengatakan rumah tangga menjadi ujung tombak dalam pengolahan sampah karena di sana hulunya sampah. Dia berharap sampah mulai dipilah, antara sampah organik dan sampah anorganik, sejak dari rumah tangga.

DLH sudah membentuk pilot project untuk pengolahan sampah di tingkat RT di delapan kelurahan. Dia berharap pilot project di tingkat RT itu bisa menjadi contoh bagi RT-RT lainnya. Lewat pilot project tersebut diharapkan sampah-sampah di RT sudah terpilah sehingga sampah organik dan anorganik tidak tercampur saat diambil petugas DLH.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya