SOLOPOS.COM - Espos/Farid Syafrodhi MEMBAHAS TOL-Ratusan warga Desa Kebak, Kecamatan Kebakkramat, berkumpul di Balaidesa setempat untuk membahas penetapan harga tanah milik warga yang terkena proyek jalan tol Solo-Mantingan, Kamis (23/6) siang. Warga berkali-kali menyepakati harga namun belum ada keputusan final harga mati. (JIBI/SOLOPOS/Farid Syafrodhi)

Karanganyar (Solopos.com) – Warga Desa Kebak, Kecamatan Kebakramat, menuntut harga tanah yang akan digunakan sebagai jalan tol Solo-Mantingan, dinaikkan. Mereka menilai harga tanah yang ditawarkan oleh tim Panitia Pengadaan Tanah (P2T) masih rendah.

GANTI RUGI -- Ratusan warga Desa Kebak, Kecamatan Kebakkramat, berkumpul di Balaidesa setempat untuk membahas penetapan harga tanah milik warga yang terkena proyek jalan tol Solo-Mantingan, Kamis (23/6) siang. Warga berkali-kali menyepakati harga namun belum ada keputusan final harga mati. (JIBI/SOLOPOS/Farid Syafrodhi)

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Terkait masalah ini, ratusan warga yang tanahnya terkena proyek pembangunan jalan tol itu bermusyawarah untuk kali keenam di Balaidesa Kebak, Kamis (23/6/2011). Menurut Kades Kebak, Rukini AMF, ada 142 bidang tanah milik warga dengan total seluas 8.626 hektare yang akan dilintasi proyek jalan tol. Awalnya, harga tanah dijual warga secara flat seharga Rp 500.000/m2. Dalam negosiasi lanjutan, harga itu turun menjadi Rp 350.000. “Karena jenis tanah di Desa Kebak berbeda-beda, maka harganya tidak jadi flat, tapi dikelompokkan menjadi tiga bagian,” ujar Rukini saat ditemui wartawan.

Kelompok I terdiri atas 64 bidang tanah yang letaknya berdekatan dengan Desa Kemiri. Kelompok II sebanyak 62 bidang tanah yang berlokasi di pinggir jalan desa setempat. Sedangkan Kelompok III sebanyak 16 bidang tanah berbatasan dengan Desa Waru.
Dalam pertemuan terakhir dengan tim P2T, warga ditawari untuk Kelompok I seharga Rp 150.000/m2, Kelompok II Rp 275.000/m2 dan Kelompok III Rp 225.000/m2.

Harga yang ditawarkan itu dianggap warga masih terlalu rendah. Karena itu, warga bermusyawarah kembali untuk mementukan harga yang tepat. Dalam musyawarah warga, ada tarik ulur harga yang akan disepakati. Sempat ada pemikiran tanah untuk Kelompok I dihargai Rp 300.000/m2, Kelompok II yakni Rp 400.000/m2 dan Kelompok senilai III Rp 350.000/m2.

Karena dianggap tidak realistis, maka warga menyepakati untuk harga tanah di Kelompok I seharga Rp 275.000/m2, Kelompok seharga II Rp 350.000/m2 dan Kelompok III senilai Rp 300.000/m2.
“Pengelompokan tanah di Kebak ditentukan dari subur tidaknya tanah. Karena tanah di Kebak lebih subur dibanding tanah di Desa Kemiri maupun Waru, maka warga meminta ada kesepakatan harga lagi. Apalagi lahan yang dijadikan jalan tol, teriris secara melintang seperti membentuk irisan tempe ,” katanya.

Selanjutnya, imbuh Rukini, harga yang disepakati dalam musyawarah intern warga itu akan dibawa ke P2T untuk dibahas. Entah harganya disepakati atau tidak, nanti tergantung dari pembahasan. Menurutnya, harga terakhir yang diusulkan warga itu belum harga final karena belum disepakati oleh tim P2T. Jika kesepakatan harga lancar, maka tol itu rencananya akan segera dibangun pada 2012 dan diresmikan pada 2014.

Salah seorang warga setempat, Sidik, 26, mengaku bisa merugi bila harga tanah yang ditentukan jauh dari standar. “Kalau tanah milik orangtua saya dibeli semua, boleh saja. Tapi ini hanya sebagian saja yang dibeli, apalagi bentuknya melintang seperti mengiris tempe , jadi tanahnya terbagi menjadi dua bagian, ungkap Sidik.

fas

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya