SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><strong>Solopos.com, SOLO</strong> &ndash; Warga Kelurahan Manahan, Banjarsari, yang terdampak proyek Penanganan Banjir Kota Solo Paket 3 (Kali Pepe Hulu) mulai membongkar rumah di bantaran Kali Anyar. Mereka melakukan hal itu setelah menerima kepastian terkait pemberian izin mendirikan rumah baru di Desa Tepisari, Polokarto, Sukoharjo oleh Pemeritah Kabupaten (Pemkab) Sukoharjo.</p><p>Warga selama ini tak kunjung membongkar rumah di bantaran sungai tersebut karena dokumen site plan pembangunan rumah di Tepisari tak kunjung disahkan oleh Pemkab Sukoharjo. Bahkan dokumen site plan yang disetujui telah harus direvisi lagi karena ada kesalahan ukur pada pembagian kaveling rumah.</p><p>Pokja Relokasi Warga Manahan menargetkan proses pembongkaran rumah warga Manahan yang terdampak proyek Penanganan Banjir Kota Solo Paket 3 bisa selesai dalam waktu tiga pekan. Kini tersisa waktu dua pekan untuk merampungkan pekerjaan itu mengingat pembongkaran rumah dimulai sejak pekan lalu.</p><p>Sekretaris Pokja Relokasi Warga Manahan, Tumino, optimistis target tersebut tercapai. Sebagian besar warga sudah menyiapkan pindah sementara sambil membangun rumah baru.</p><p>&ldquo;Mudah-mudahan semuanya diberi kelancaran. Pembongkaran rumah di bantaran, kami menargetkan bisa selesai dalam waktu dua pekan ke depan,&rdquo; kata Tumino saat berbincang dengan <em>Solopos.com</em> di Manahan, Kamis (12/4/2018).</p><p>Warga kebanyakan telah mendapatkan tempat tinggal sementara sebelum menempati rumah baru di Tepisari. Dari 106 warga, sedikitnya 11 warga mendaftar untuk tinggal di rumah susun sederhana sewa (rusunawa) di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo, Kelurahan Mojosongo, Jebres. Sedangkan warga lainnya memilih mengontrak, menumpang di rumah saudara atau kerabat, dan sebagian masih tinggal di bantaran sungai. Pokja akan mendekati warga yang masih tinggal di bantaran.</p><p>&ldquo;Kami menyadari keinginan sebagian besar warga adalah bisa ngontrak di sekitar Tepisari supaya dekat dengan tempat relokasi. Tapi jika tidak memungkinkan, kami menyarankan warga lebih baik mengakses fasilitas rusunawa,&rdquo; jelas Tumino.</p><p>Sebanyak 106 warga Manahan yang terdampak proyek Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSS) Solo tersebut tidak akan pindah ke satu kawasan. Warga akan direlokasi ke empat tempat, namun masih berada di Tepisari. Alasannya ketersediaan lahan. Terkait pembagian lahan kaveling untuk warga, Pokja Relokasi Manahan mengundinya pada 22 Desember 2017. Masing-masing warga atau pemilik rumah di bantaran akan menempati kaveling di Tepisari dengan luas sekitar 60 m2.</p><p>Tumino membeberkan hasil pembagian tempat tinggal warga Manahan di Tepisari, yakni 40 keluarga menempati lahan di Dukuh Karangale (depan Balai Desa Tepisari), 17 keluarga di Dukuh Karangale (belakang SDN Tepisari), 31 keluarga mendapatkan lahan di Dukuh Manisarjo (belakang PAUD Tepisari), dan 18 keluarga di Dukuh Bener (tengah kampung).</p><p>Sekretaris Pokja Relokasi Warga Bantaran Nusukan, Trihono, sebelumnya menyampaikan Pemerintah Kota (Pemkot) Solo menargetkan proses relokasi warga bantaran Kali Anyar di wilayah Nusukan, Banjarsari, mesti rampung pada pertenghan April ini. Dia optimistis target itu bisa dicapai. Trihono mengungkapkan proses pembongkaran rumah di bantaran Nusukan mencapai 80% dari 194 bangunan rumah. Sedangkan sisanya masih berdiri dan dihuhi warga.<br /> <br />Trihono membantah penyebab puluhan rumah di bantaran belum dibongkar karena warga ingin bertahan. Warga belum pindah karena merasa belum terdampak langsung proyek.</p>

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya