SOLOPOS.COM - Kolom erupsi Gunung Merapi terlihat dari wilayah Dukuh Gondang, Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kamis (13/2/2020) sekitar pukul 05.16 WIB. (Istimewa/Jainu)

Solopos.com, KLATEN – Gunung Merapi mengalami erupsi pada Selasa (3/3/2020) pagi WIB. Warga lereng gunung tersebut ramai-ramai bergegas keluar rumah dan melihat Gunung Merapi mengeluarkan awan panas.

Salah satunya adalah Jenarto, 40, warga Dukuh Ngemplak, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, yang memiliki jarak 5 km-6 km dari puncak Merapi. Dia melihat dengan jelas asap membumbung dari mulut Merapi membentuk cendawan besar. Sesekali kilatan petir terlihat dari balik asap yang terus membesar.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Resmi! Persis Solo Beda Grup dengan PSIM Jogja di Liga 2 2020

Pria yang akrab disapa Jek itu menggambarkan suasana tenang warga di kampungnya melihat erupsi terjadi. Warga berdiri di sepanjang tepi jalan utama Dukuh Ngemplak dan memusatkan pandangan mereka ke puncak Merapi sembari berbincang ihwal fenomena pagi itu.

Seusai erupsi mereda, warga kembali ke rumah masing-masing dan melakukan aktivitas biasa seperti mencari rumput dan menambang pasir manual. Jenarto mengatakan warga sudah terbiasa dengan fenomena erupsi akhir-akhir ini. Sebelum erupsi terjadi pada Selasa pagi, erupsi Merapi terjadi pada Kamis (13/2/25020) lalu.

Wali Kota Depok Sebut Pasien Corona di Jakarta Stres Pegang HP

Selain sudah terbiasa dengan erupsi yang akhir-akhir ini terjadi, tenangnya warga Ngemplak lantaran sering mendapatkan edukasi tentang cara menghadapi bahaya Merapi. Petugas BPPTKG kerap diundang untuk menyampaikan sosialisasi dalam kumpulan warga seperti pengajian.

“Selama masih level waspada itu tetap beraktivitas seperti biasa, tidak perlu dievakuasi. Baru ketika nanti siaga mulai persiapan dan ketika naik level ke awas dievakuasi,” kata dia saat dihubungi Solopos.com, Selasa.

Jenarto juga mengatakan sikap warga di kampungnya tetap berada di tepi jalan selama ancaman erupsi belum membahayakan lantaran posisi Dukuh Ngemplak merupakan daerah paling ujung wilayah Sidorejo.

Jadwal Pemadaman Listrik di Solo, Sragen, Boyolali & Sukoharjo, Kamis (5/3/2020)

“Kalau warga kami turun [menyelamatkan diri], otomatis warga kampung di bawah kami ikut-ikutan turun dan panik. Makanya, kami sebisa mungkin tetap berada di kampung ketika erupsi itu belum membahayakan agar warga di wilayah bawah kampung kami tidak panik,” kata Jenarto.

Meski warga dipastikan tenang, Jenarto tak menampik ada sebagian warga yang tetap panik dan berusaha menyelamatkan diri dengan menjauhi kampung. “Tapi mereka tetap bisa ditenangkan warga lainnya,” urai dia.

Jenarto mengatakan warga di kampungnya tetap waspada. Hampir saban malam mereka menggelar ronda malam untuk antisipasi jika sewaktu-waktu erupsi terjadi. Kegiatan itu dilakukan sejak level aktivitas Merapi meningkat dari normal ke waspada pada 21 Mei 2018 silam. “Prinsip kami boleh terbiasa namun tidak boleh terlena,” kata dia.

Adik Sebut Pria Karanganyar Peneror Syifa Hadju Fans Posesif

Warga Dukuh Deles, Desa Sidorejo, Sukiman, juga menegaskan warga di lereng Merapi terutama wilayah Deles tetap tenang meski erupsi terjadi pada Selasa pagi. “Warga justru sibuk setelah erupsi reda. Mereka bergegas menutup tandon air karena khawatir airnya kotor terkena hujan abu. Ternyata tidak ada hujan abu di wilayah kami,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya