SOLOPOS.COM - Ketua DPW Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Tengah, Edy Wuryanto, berbincang dengan Direktur Utama RSST Klaten, Endang Widyaswati, saat mengunjungi RSST, Jumat (2/7/2021) siang. (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN – Kasus Covid-19 diprediksi belum mencapai puncaknya dan dikhawatirkan meledak dua hingga tiga pekan mendatang. Berbagai elemen diharapkan bisa menaati ketentuan yang diterapkan pada Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat.

Hal itu disampaikan Ketua DPW Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Tengah, Edy Wuryanto, saat mengunjungi RSUP dr Soeradji Tirtonegoro (RSST) Klaten, Jumat (2/7/2021).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Karena sudah masuk PPKM darurat, masyarakat Klaten harus betul-betul memanfaatkan momentum ini. Karena kalau hulu tidak ditangani dengan baik, hilirnya crowded. Saat ini [rumah sakit] saja sudah menjerit [karena penuh]. Sementara Covid-19 belum sampai puncak. Kami prediksi dua sampai tiga pekan kedepan situasi tambah sulit kalau hulu tidak ditangani dengan baik,” kata Edy yang juga Anggota Komisi IX DPR RI.

Baca Juga: Berbeda dengan Solo, Sragen Tak Akan Tutup Pasar Tradisional Saat PPKM Darurat

Alasan Edy memprediksi kasus Covid-19 saat ini belum mencapai puncaknya lantaran persebaran virus corona saat ini sudah masuk ke level desa. “Dan di desa itu mohon maaf tingkat pengetahuan kesadaran, dan kedisiplinan rendah. Orang tidak menyadari. Ini kalau sudah masuk ke desa tidak terkontrol. Kalau di level desa tidak ditangani dengan baik, mudah sekali menyebar. Ini sudah ledakan kalau itu terjadi. Maka menurut saya prediksi mengapa dua-tiga pekan karena ini ada di desa. Orang di desa mau dibawa ke rumah sakit orangnya tidak mau takut ke rumah sakit. Dirawat di rumah standar merawatnya tidak bagus, tidak pakai APD kan cepat menular,” kata dia.

Lantaran hal itu, Edy menyerukan agar berbagai pihak bisa melaksanakan ketentuan yang diterapkan pada PPKM darurat. “Kalau PPKM darurat ini tidak dilakukan dengan baik, saya prediksi deh pasti naik tinggi dan ini akan menjadi crowded. Bukan menakut-nakuti tetapi situasi ini harus menjadi perhatian rakyat Klaten semua,” jelas dia.

Edy menuturkan tempat tidur khusus pasien Covid-19 di Jawa Tengah (Jateng) yang dia kunjungi seluruhnya penuh tak terkecuali RSST. Bahkan ada pasien yang harus mengantre di IGD. “Bersyukur di RSST tidak sampai membuka tenda di IGD,” kata dia.

Penambahan kapasitas tempat tidur membuat rumah sakit kekurangan tenaga medis. Belum lagi kondisi Nakes di sebagian rumah sakit yang harus menjalani isolasi mandiri menyusul terpapar virus corona. Seperti di RSST saat ini ada sembilan Nakes yang menjalani isolasi mandiri.

Baca Juga: Kabupaten Madiun Darurat Covid-19, Ini 13 Aturan yang Harus Dipatuhi!

Edy menuturkan saat ini PPNI dan jaringan di tingkat kabupaten/kota terus mendata potensi Nakes yang belum bekerja namun memiliki surat tanda registrasi (STR) guna memenuhi kebutuhan SDM rumah sakit. Selain itu, mahasiswa Fakultas Kedokteran tingkat akhir bakal digandeng untuk mendukung SDM penanganan Covid-19. “Mahasiswa tingkat akhir disiapkan untuk membantu di tempat-tempat isolasi,” jelas dia.

Selain potensi Nakes di wilayah Jateng, Edy mengatakan Nakes dari luar provinsi didatangkan untuk memenuhi kekurangan Nakes. “Kami mengambil dari Kalimantan dibawa ke Jateng agar semua terpenuhi. Ada juga dari Jakarta,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya