SOLOPOS.COM - Dokumentasi letusan Merapi 2019. (Istimewa)

Solopos.com, KLATEN – Warga yang tinggal di kawasan puncak Gunung Merapi di Klaten, Jawa Tengah, mendengar suara gemuruh saat terjadi awan panas guguran, Sabtu (4/1/2020) malam. Meski demikian, warga Klaten tidak terdampak hujan abu tipis seperti di Boyolali.

Koordinator sukarelawan Paguyuban Sabuk Gunung (PASAG) Merapi, Jenarto Jeck, mengatakan, suara gemuruh itu terdengar seperti guguran. Suara itu terdengar sekali yang membuat warga berhamburan keluar rumah.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Tadi malam terdengar gemuruh. Setelah itu angin kencang. Warga beberapa keluar rumah. Lalu masuk lagi sebab tidak ada apa-apa,” kata Jeck Jenarto seperti dilansir Detik.com, Minggu (5/1/2020).

Gunung Merapi kembali mengeluarkan awan panas guguran, Sabtu malam sekitar pukul 20.36 WIB. Awan panas guguran tidak terpantau secara visual lantaran Gunung Merapi diselimuti kabut.

“Awan panas guguran tercatat di seismogram dengan amplitudo maksimal 55 mm dan durasi lebih kurang 105 detik,” kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Hanik Humaida, dalam keterangan tertulisnya.

Berdasarkan durasi tersebut diperkirakan jarak luncur awan panas sekitar 1 km. Sampai saat ini, status Gunung Merapi masih berada di level II atau waspada. Status tersebut sudah ditetapkan sejak 21 Mei 2018 lalu.

BPPTKG merekomendasikan area radius 3 km dari puncak Gunung Merapi steril dari aktivitas manusia. Selain itu, BPPTKG juga mengimbau masyarakat mengantisipasi bahaya abu vulkanik dari awan panas maupun letusan eksplosif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya