SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p lang="id-ID" class="western"><strong>Solopos.com, KLATEN –</strong>&nbsp;<span style="font-family: Slimbach Medium, serif;"><span style="font-size: medium;">Eceng gondok menjadi pemandangan yang lazim ditemui di sepanjang Kali Birin, Desa Baturan, Kecamatan Gantiwarno. Permukaan air kerap tertutup tumbuhan air mengapung sepanjang 2 km.</span></span></p><p lang="id-ID" class="western"><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;"><span style="font-size: medium;">Bagi petani, hijaunya tumbuhan itu di sepanjang kali bukan pemandangan alam yang bisa digunakan untuk spot </span></span><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;"><span style="font-size: medium;"><i>selfie</i></span></span><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;"><span style="font-size: medium;">. Sebaliknya, <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180228/493/898565/duh-eceng-gondok-masih-memenuhi-7-ha-rawa-jombor-klaten" title="Duh, Eceng Gondok Masih Memenuhi 7 Ha Rawa Jombor Klaten">eceng gondok</a> yang tumbuh subur menjadi ancaman sekitar 15 hektare (ha) lahan pertanian di Desa Baturan. Air sulit mengalir ke saluran irigasi pertanian. Kondisi itu diperparah dengan tumpukan sampah yang ikut mengantre di pintu air. Selain mengganggu irigasi, keberadaan eceng gondok juga memicu banjir hingga menggenangi perkampungan.</span></span></p><p lang="id-ID" class="western"><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;"><span style="font-size: medium;">Upaya membersihkan tumbuhan itu dari permukaan air rutin dilakukan hampir saban enam bulan sekali. Eceng gondok diangkut ke bantaran dan dibiarkan membusuk. Termasuk ketika warga dibantu sukarelawan berbondong-bondong mengangkat tumbuhan itu ke daratan sekitar dua pekan lalu.</span></span></p><p lang="id-ID" class="western">&ldquo;<span style="font-family: Slimbach Medium, serif;"><span style="font-size: medium;">Saat hujan turun hingga terjadi banjir, eceng gondok tidak perlu dibersihkan sudah hilang ikut arus. Namun, selang tiga bulan paling sudah penuh lagi. Eceng gondok itu tidak punah,&rdquo; kata Kepala Desa Baturan, Slamet Sutrisno, saat ditemui di kantor Desa Baturan, Gantiwarno, Klaten, Sabtu (4/8/2018).</span></span></p><p lang="id-ID" class="western"><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;"><span style="font-size: medium;">Agar memiliki nilai lebih, warga berniat mengolah tanaman tersebut melalui pelatihan yang digelar di kantor desa setempat Sabtu. Pelatihan yang difasilitasi Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) itu diikuti sekitar 60 orang dari dua desa yakni Baturan dan Mlese. Peserta pelatihan mulai dari petani, penggerak PKK, hingga komunitas peduli sungai.</span></span></p><p lang="id-ID" class="western"><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;"><span style="font-size: medium;">Jenis pelatihan yakni mengolah eceng gondok menjadi pupuk organik serta media budi daya cacing. Pelatihan itu dipilih lantaran jenis eceng gondok yang mengapung di Kali Birin hanya memiliki panjang sekitar 20 sentimeter. &ldquo;Tipikal eceng gondok di Kali Birin itu pendek-pendek sekitar 20 sentimeter. Ketika agak panjang hingga 30 sentimeter itu bisa diolah menjadi kerajinan,&rdquo; kata Kabid Operasi dan Pemeliharaan <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20150309/493/583209/bencana-klaten-rp97-miliar-dianggarkan-untuk-normalisasi-kali-dengkeng-pada-2016" title="BENCANA KLATEN : Rp97 Miliar Dianggarkan untuk Normalisasi Kali Dengkeng pada 2016">BBWSBS</a>, Nova Dorma Sirait.</span></span></p><p lang="id-ID" class="western"><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;"><span style="font-size: medium;">Nova mengatakan jika hasil pelatihan berjalan ada dua manfaat yang bisa diperoleh. Aliran kali tetap terjaga dan warga bisa mendapatkan manfaat ekonomi mengolah eceng gondok untuk budidaya cacing. Hasil pemanfaatan itu bisa untuk membiayai kegiatan komunitas.</span></span></p><p lang="id-ID" class="western"><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;"><span style="font-size: medium;">Pelatihan menghadirkan narasumber bernama Puji Heru Sulistiyono dari Lembaga Pendidikan Pelatihan Penelitian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (LP4LH) Yogyakarta. Pemanfaatan eceng gondok untuk budi daya cacing dilakukan melalui reaktor cacing.</span></span></p><p lang="id-ID" class="western"><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;"><span style="font-size: medium;">Reaktor cacing yang digunakan untuk pelatihan itu berbentuk kotak berbahan bambu dengan bagian bawah berlubang. Empat sisi reaktor disangga bambu. &ldquo;Bahannya bisa bermacam-macam seperti bambu, kayu, logam, atau karet. Asalkan silinder dan diberi tiang itu sudah bisa. Ada batasan diameternya 40 sentimeter hingga 80 sentimeter. Ketinggian semakin tinggi semakin bagus,&rdquo; tutur Puji.</span></span></p><p lang="id-ID" class="western"><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;"><span style="font-size: medium;">Reaktor itu menjadi wadah aneka sampah organik termasuk eceng gondok. Lantaran bagian bawah berlubang, sampah yang dipadatkan langsung menyentuh tanah. Fungsi reaktor itu untuk mengolah aneka sampah organik agar terurai hingga menjadi kompos.</span></span></p><p lang="id-ID" class="western">&ldquo;<span style="font-family: Slimbach Medium, serif;"><span style="font-size: medium;">Reaktor itu mengolah sampah menjadi kompos tanpa melalui fermentasi sehingga tidak timbul bau busuk. Selain eceng gondok bisa untuk sampah lainnya seperti kotoran sapi, pohon pisang, atau daun-daun asalkan bisa masuk tidak perlu dicacah bisa. Sekitar 30-40 hari dimasukkan ke reaktor akan timbul menjadi kompos,&rdquo; katanya.</span></span></p><p lang="id-ID" class="western"><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;"><span style="font-size: medium;">Soal cacing yang bisa dibudidayakan melalui reaktor itu, Puji mengatakan bisa didapatkan dari alam bersamaan dengan sampah organik yang dimasukkan dalam reaktor. Selain itu, keberadaan cacing di dalam reaktor bisa dipicu dengan menebarkan bibit <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180404/490/907928/makanan-kaleng-mengandung-cacing-diduga-beredar-di-sukoharjo" title="Makanan Kaleng Mengandung Cacing Diduga Beredar di Sukoharjo">cacing</a>. &ldquo;Kalau mau panennya lebih banyak yang paling bagus itu ketika menggunakan kotoran sapi,&rdquo; urai dia.</span></span></p><p lang="id-ID" class="western"><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;"><span style="font-size: medium;">Nilai ekonomis budi daya cacing masih terbuka luas. Cacing bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak, bahan kosmestik, hingga obat-obatan. &ldquo;Cacing kandungan proteinnya tinggi sehingga bagus untuk pakan ternak,&rdquo; jelasnya.</span></span></p>

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya