SOLOPOS.COM - Warga Joton, Jogonalan, Klaten, yang terdampak tol Solo-Jogja menggelar aksi di desa setempat, Selasa (24/8/2021) sore. (Solopos/Ponco Suseno)

Solopos.com, KLATEN — Warga Joton, Kecamatan Jogonalan, Klaten, dan sekitarnya menggelar aksi demo menuntut uang ganti rugi (UGR) lahan mereka yang terkena jalan tol Solo-Jogja yang layak, Selasa (24/8/2021) pukul 16.00 WIB.

Aksi digelar di lahan terdampak jalan tol Solo-Jogja, Desan Wetan RT 005/RW 002, Desa Joton, Jogonalan. Sebelumnya warga gagal berunjuk rasa di depan kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Klaten, Selasa pagi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Berdasarkan pantauan Solopos.com, warga yang berdemonstrasi di lahan terdampak jalan tol Solo-Jogja itu tergabung dalam Paguyuban Pendukung Jokowi Terdampak Tol Solo-Jogja Klaten.

Baca Juga: Berkas Tak Lengkap, 30-An Warga Klaten Kena Tol Solo-Jogja Belum Terima Uang Ganti Rugi

Dalam aksi demo singkat itu, mereka membentangkan spanduk berisi aspirasi agar UGR lahan terdampak tol Solo-Jogja di atas harga pasaran. Spanduk itu antara bertuliskan “Pak Jokowi Tulung Kulo Pendukungmu, Kulo Nyuwun Ganti Rugi Tinggi”.

Selain itu ada yang bertuliskan “Lahan Kami Bukan Warisan Kompeni, Ojo Dumeh, Yen Kowe Dadi Aku Mesti Nesu” dan lainnya. Sebelumnya, warga batal mendatangi kantor BPN Klaten lantaran belum mengantongi izin dari kepolisian.

“Kami itu sebenarnya enggak angel-angel. Selain itu, kami mendukung program pemerintah. Kami minta ganti untung bukan ganti rugi. Tanah di sini itu dibayar lebih dari Rp1 juta per meter persegi [pasaran]. Kalau dibayar Rp600.000-Rp700.000 per meter persegi, kami mau ke mana? Katanya merdeka. Tapi justru ditindas. Hargai kami,” kata salah satu pendemo, Sukamdi, 56, kepada wartawan.

Baca Juga: Pembayaran UGR Pembebasan Lahan Tol Solo-Jogja di Klaten Capai Rp800 Miliar

Warga Menelantarkan Sawah

Sukamdi mengaku warga asli Joton. Lahan milik peserta demo yang terdampak jalan tol Solo-Jogja itu seluas 2.100 meter persegi. Saat ini, lahan tersebut ditanami tanaman singkong dan sengon.

“Dulu, tim pembebasan lahan bilang awal Januari 2021 sudah cair. Warga di sini banyak yang menelantarkan sawah mereka. Ternyata sampai sekarang tak kunjung dimulai [pembayaran UGR],” katanya.

Koordinator Aksi, Budiyono, mengatakan aksi demo warga terdampak jalan tol Solo-Jogja di Joton melibatkan warga dari Joton (Jogonalan), Nangsri (Manisrenggo), dan Prambanan. Warga menuntut pembayaran UGR yang layak.

Baca Juga: Seratusan Guru SD di Klaten Diperbantukan ke Puskesmas Terkait Vaksinasi, Apa Tugasnya?

Budiyono mengatakan warga Joton tak ingin disamakan dengan daerah terdampak jalan tol Solo-Jogja di Polanharjo dan sekitarnya yang mendapat UGR rata-rata Rp600.000 per meter persegi.

Ia mengatakan aksi warga terdampak jalan tol Solo-Jogja menuntut beberapa hal. Di antaranya meminta harga tanah sesuai dengan harga pasaran dan harga tanaman dilakukan secara terperinci.

Kelanjutan Hidup Warga

“Harga tanah di pinggir jalan kabupaten di sini sudah Rp2,5 juta per meter persegi. Kalau dihargai Rp1 juta, ya mati. Terus harga tanaman sengon usia di atas satu tahun idealnya Rp200.000. Kok dihargai Rp600-Rp6.000 per tanaman. Itu enggak masuk akal. Kami warga terdampak. Kami enggak mencari keuntungan sendiri. Tapi ini untuk kelanjutan hidup kami,” katanya.

Baca Juga: Warga Klaten Positif Covid-19 Tolak Dibawa ke Tempat Isoter Harus Punya Alasan Kuat

Budiyono mengatakan Joton termasuk daerah yang lahannya paling banyak terdampak pembangunan jalan tol Solo-Jogja di kecamatan setempat. Selain menggilas 10 hektare lahan pertanian, jalan tol Solo-Jogja juga mengenai rumah warga.

“Untuk jumlah rumah terdampak jalan tol di sini lebih dari 100 unit. Saya sendiri memiliki lahan 1.100 meter persegi yang saat ini ditanami sengon,” katanya.

Sebelumnya, Kepala Seksi (Kasi) Pengadaan Tanah Badan Pertanahan Nasional (BPN) Klaten, Sulistiyono, mengaku belum mengetahui spanduk tengang tuntutan jalan tol di Joton, Jogonalan. “Musyawarah dan pembayaran UGR belum sampai ke sana [Joton, Kecamatan Jogonalan]. Lebih baik menunggu terlebih dahulu,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya