SOLOPOS.COM - Ahli hidrologi dari UGM Agus Maryono (kiri) bersama Martha Haenry, pengelola Arisan Air Perumahan Jambusari, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, menunjukkan instalasi penadah air hujan, Rabu (21/3/2018). (Harian Jogja/Abdul Hamid Razak)

Warga memperlakukan hujan sebagai barang berharga yang layak dijadikan arisan

Harianjogja.com, SLEMAN-Warga Perumahan Jambusari, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, mengadakan arisan air hujan untuk mengantisipasi krisis air. Manfaatnya banyak. Peserta arisan tak pernah waswas kekurangan air.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Perumahan Jambusari, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, berada di kawasan padat penduduk, tidak jauh dari Embung Tambakboyo. Air di kawasan ini cukup berlimpah, penduduknya tidak pernah dilanda kekeringan. Karunia ini tak membuat warga perumahan lupa diri. Mereka memperlakukan hujan sebagai barang berharga yang layak dijadikan arisan.

Ide tersebut digagas oleh ahli hidrologi dari UGM Agus Maryono sekitar satu setengah tahun lalu. “Saat itu kami mengikuti pengajian di masjid, ceramahnya tentang hujan dan lingkungan. Kumpul-kumpul di serambi masjid kemudian terbesit untuk memanfaatkan air hujan,” kata dia kepada Harianjogja.com, Rabu (21/3/2018).

Warga kemudian berinisiatif membuat instalasi penadah air hujan untuk masjid tersebut. “Kemudian dibuatlah arisan air. Pertama yang ikut 10 orang,” kata dia.

Arisan itu kemudian dipercayakan kepada Martha Haenry. Tidak hanya sebagai pemerakarsa, Haenry juga dipercaya sebagai pengelola, pemborong, dan bahkan pemasang instalasi penadah air hujan yang dirancang Agus. “Sekarang sudah berjalan dua putaran selama 10 bulan,” ujar Haenry di rumahnya.

Setiap bulan, 10 peserta ditarik iuran Rp200.000. Uang arisan Rp2 juta kemudian dipakai untuk membeli bak dan bahan instalasi penadah air hujan. Pemasangan instalasi tidak terlalu rumit. “Syaratnya rumah itu ada talangnya. Kalau enggak ada ya dibuat dahulu talangnya,” kata dia.

Mengumpulkan air hujan juga cukup sederha. Air hujan dialirkan menggunakan pipa. Sebelum masuk ke bak penampung, air lebih dahulu disaring menggunakan debu dan daun. Saringan debu secara mekanis berkerja pada saat hujan pertama kali turun. Air hujan masuk ke dalam pipa khusus yang dilengkapi dengan pelampung.

“Air hujan biasanya kotor sehingga harus disaring. Pelampung dalam pipa kemudian akan naik menutup jalur pembuangan untuk proses penyaringan daun sebelum air hujan masuk dalam bak,” ucap Haenry.

Dengan dua kali proses penyaringan, air hujan yang masuk ke dalam bak tampung bakal jernih. Jika bak sudah penuh dan air meluber, luapannya dimasukkan ke dalam sumur resapan. “Dengan demikian, air hujan tidak banyak terbuang dan dapat dimanfaatkan,” kata Haenry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya