SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><strong>Solopos.com, KARANGANYAR</strong> – &ldquo;Sugeng siang Pak Mantep. Maturnuwun&rdquo;. Begitu celetuk salah seorang tamu asal London, Inggris saat berkunjung di rumah dalang kondang, Ki Manteb Soedharsono di Doplang, Karangpandan, <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180515/494/916371/pilkada-2018-panwaslu-karanganyar-digugat-rp10-miliar" title="Pilkada 2018: Panwaslu Karanganyar Digugat Rp10 Miliar">Karanganyar</a>, Senin (13/8/2018). Siang itu, puluhan bule dari London, Inggris, menjelajah di Bumi Intanpari. Mereka terkesan dengan seni gamelan atau karawitan di Bumi Intanpari. Tak heran, tamu dari luar negeri itu berkunjung dan mengucapkan kulanuwun ke warga Karanganyar.</p><p>Kunjungan diawali ke Sanggar Sangga Buana pimpinan Wasimin di Matesih, Karanganyar. Di tempat itu, para tamu dari mancanegara itu berinteraksi dengan puluhan anggota Sangga Buana tentang seni gamelan. Beberapa dari tamu luar negeri yang hadir juga menyempatkan nyinden dengan diiringi gamelan. Sanggar Sangga Buana berdiri pada 1993. Di awal berdirinya, anggota Sangga Buana sering menyanyikan lagu <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180704/489/925850/orkes-keroncong-rumput-dari-as-bakal-tampil-di-solo" title="Orkes Keroncong Rumput dari AS bakal Tampil di Solo">keroncong</a>. Mulai 1995 sanggar tersebut beralih ke jalur musik campur sari dengan gamelan sebagai instrumen utama.</p><p>&ldquo;Di era modern seperti sekarang, kami juga harus mengikuti tren. Generasi muda saat ini lebih suka ke musik yang gayeng-gayeng. Makanya kami harus tampil dengan kondisi kekinian. Salah satunya campur sari. Terus terang, kunjungan warga dari Inggris ini memberikan semangat kepada kami untuk lebih giat menekuni seni karawitan. Kami percaya dengan langkah yang kekinian, gamelan dapat mendunia dan dapat terkomersialisasi dengan baik,&rdquo; kata pengurus Sangga Buana, Tri Hanggo, saat ditemui<em> solopos.com,</em> di Sangga Buana Matesih, Karanganyar.</p><p><strong>Terpesona</strong></p><p>Anjangsana tamu-tamu dari luar negeri ke Bumi Intanpari tersebut merupakan rangkaian International Gamelan Festival 2018 yang diprakarsai Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Perwakilan dari Kemendikbud, Susiyati, mengatakan puluhan tamu dari luar negeri yang datang ke Karanganyar bertujuan mengeksplorasi seni gamelan di Karanganyar.&nbsp;</p><p>&ldquo;Ini menjadi langkah kami guna menunjukkan ke seluruh elemen masyarakat di Tanah Air, terutama di Karanganyar, bahwa gamelan sudah dikenal dunia. Selain bicara soal gamelan dan karawitan, warga dari luar negeri ini juga dapat menikmati kuliner khas Jawa, seperti teh anget, singkong goreng, pisang godok, dan lain sebagainya,&rdquo; katanya.</p><p>Setelah dari Matesih, rombongan bergeser ke rumah dalang kondang, <a href="http://news.solopos.com/read/20170703/496/830597/ki-manteb-soedharsono-terima-penghargaan-unima" title="Ki Manteb Soedharsono Terima Penghargaan UNIMA">Ki Manteb Soedharsono.</a> Di lokasi ini, para tamu dari mancanegara memainkan gamelan milik Ki Manteb Soedharsono. Para tamu itu juga berkolaborasi dengan dalang kondang tersebut. Bahkan para tamu itu dipersilakan menabuh gamelan super milik Ki Manteb Soedharsono sekeras-kerasnya.</p><p>Hal itu sedikit berbeda saat para bule berada di Matesih, yakni hanya menonton para anggota Sangga Buana bermain gamelan. Selanjutnya, para tamu juga nembang bersama dengan anggota Sangga Buana Matesih.</p><p>&ldquo;Tidak semua generasi penerus bangsa di sini bisa memainkan gamelan. Justru yang dari Inggris ini bisa. Saya senang karena gamelan sudah mendunia. Terus terang, saya prihatin dengan kondisi generasi penerus bangsa yang banyak tak mengerti gamelan. Ini kesalahan orang-orang tua zaman dahulu. Di samping itu, pelajaran Jawa juga sudah tidak ada. Bagi saya, gamelan dan wayang itu menjadi tontontan yang adem. Tidak ada tawuran saat orang menonton wayang. Orang-orang muda saat ini boleh nge-band. Tapi sebelum nge-band, mending belajar gamelan terlebuh dahulu,&rdquo; katanya.</p><p>Salah satu warga asal Inggris yang menyukai gamelan, David, mengatakan kelompok gamelan Siswa Sukro mempelajari seni karawitan di Inggris sejak 10 tahun terakhir. Siswa Sukro merupakan komunitas pencinta seni karawitan yang berlokasi di South Bank, Inggris. &ldquo;Di salah satu pusat seni di Inggris sudah ada gamelan selama 30 tahun. Siswa Sukro sendiri berdiri sejak 10 tahun terakhir. Seni karawitan ini sangat luar biasa,&rdquo; katanya.</p><p>Tamu asal Inggris lainnya, Sarah, mengaku terpesona dengan seni karawitan. Sarah yang bekerja sebagai paramedis sebuah rumah sakit di Inggris ini menilai seni karawitan merupakan seni yang membutuhkan kerja sama. &ldquo;Agar menghasilkan musik yang harmoni, dibutuhkan kerja sama semua pengrawit. Suara gamelan ini indah sekali,&rdquo; kata Sarah yang bisa memainkan salah satu alat gamelan, slenthem. Selanjutnya, puluhan tamu luar negeri itu mendatangi SMPN 1 Karanganyar yang pernah menang di lomba karawitan tingkat nasional.</p>

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya