SOLOPOS.COM - Kondisi minibus yang terperosok setelah tidak kuat menanjak, Senin (21/11/2022) malam. (Luthfi Sobri Marzuqi)

Solopos.com, WONOGIRI–KSU Minibus Panca Tunggal yang terguling di Dusun Kepuh Kulon RT 02/RW 03, Desa Bumiharjo, Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri hingga menyebabkan delapan orang meninggal dunia pada Senin (21/11/2022) sudah kerap digunakan untuk carteran.

Selain itu, minibus trayek Baturetno-Wonogiri itu diduga masih beroperasi meski sudah tidak laik jalan. 

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sebelumnya, KSU Panca Tunggal berpenumpang 43 orang asal Dusun Bendungan, Desa Kulurejo, Kecamatan Nguntoronadi terguling di Dusun Kepuh Kulon, Senin malam. Minibus berplat nomor AD 1684 BG ditumpangi rombongan tilik bayi atau menjenguk warga yang baru saja melahirkan di Dusun Kepuh Kulon.

Dalam perjalanan pulang, minibus mengalami kecelakaan tunggal lantaran tak kuat menanjak di jalan berstruktur beton, masih di Dusun Kepuh Kulon.

Baca Juga: Pascakecelakaan Maut di Nguntoronadi Wonogiri, Sopir Minibus Masih Syok

Bus terguling di area persawahan yang terdapat kubangan air sedalam sekitar satu meter. Akibatnya, delapan orang meninggal dunia dan 14 penumpang lain mengalami luka-luka.

Warga RT 04/RW 01 Dusun Bendungan, Kasino, mengatakan selain masih beroperasi untuk trayek Baturetno-Wonogiri, minibus Panca Tunggal itu memang kerap dicarter warga untuk berbagai acara seperti kondangan, tilik bayi, iring mantu, hingga plesiran.

Warga biasa menggunakan minibus itu lantaran sopir minibus, Wantiyo, dinilai baik, suka bersosialisasi, dan ahli dalam mengemudikan minibus.

“Enggak cuma di Wonogiri, tapi juga kadang ke luar kota. Pak Wantiyo itu dikenal sangat baik. Dia jadi langganan warga kalau carteran bus. Pokoknya bus itu sudah jadi langganan warga. Kebetulan sopirnya juga warga desa sendiri. Bukan saya membaik-baikkan beliau, tapi memang beliau ini dikenal baik oleh warga, suka srawung. Kemarin, waktu tilik bayi ke Desa Bumiharjo juga pakai minibusnya Pak Wantiyo,” kata Kasino kepada Solopos.com, Rabu (23/11/2022).

Menurut dia, tilik bayi secara ramai-ramai sudah menjadi budaya warga Desa Kulurejo. Hal itu sudah dilakoni warga sejak dulu sebagai rasa suka cita dan berbagi kebahagiaan. Namun, peristiwa pada Senin malam akan menjadi pelajaran berharga bagi warga. Warga, terutama para penumpang selamat masih merasa trauma.

Baca Juga: Kapolres Wonogiri Besuk & Beri Bantuan Korban Luka Kecelakaan di Nguntoronadi

“Ke depan, kami akan betul memerhatikan kapasitas penumpang kalau ada tandangan bayi atau yang lain. Kejadian itu cukup menjadi trauma bagi kami. Mungkin nanti kalau ada tandangan, cukup diwakilkan saja oleh beberapa warga. Itu lebih aman,” kata dia.

Korban selamat kecelakaan tunggal minibus Panca Tunggal, Sukatmi, mengakui jika penumpang minibus kala itu melebihi kapasitas. Banyak di antara penumpang yang berdiri dibandingkan duduk. Dari 43 penumpang, tiga orang merupakan laki-laki.

“Biasanya tidak seperti itu [melebihi kapasitas]. Baru pertama ini warga menggunakan minibus tapi dengan penumpang melebihi kapastias. Kami melakukan itu karena kami pikir jarak antara desa kami dengan desa sana [Bumiharjo] dekat. Makanya waktu itu kami tidak masalah dengan itu,” kata Sukatmi.

Sukatmi sama sekali tidak menyangka jika hal tersebut berujung celaka. Pasalnya, minibus yang dikemudikan Wantiyo itu sudah kerap disewa warga dan tidak pernah bermasalah. Selain itu, harga sewa minibus sangat murah.

“Waktu itu kami cuma bayar Rp5.000/orang. Pak Wantiyo itu baik, makanya kami percaya saja,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya