SOLOPOS.COM - Ratusan pesilat PSHT mengikuti pengesahan warga baru, Kamis (20/8/2020). (Istimewa/Pemkot Madiun)

Solopos.com, MADIUN -- Setiap Bulan Sura, Persaudaran Setia Hati Terate atau PSHT Pusat Madiun selalu menggelar kegiatan pengesahan warga baru. Kegiatan pengesahan ini sebagai gerbang awal bagi seluruh anggota perguruan untuk diangkat menjadi warga PSHT secara resmi.

Sehingga tidak mengherankan, ketika tanggal 1 Sura banyak pesilat PSHT dari berbagai daerah datang ke Padepokan Pusat PSHT di Kota Madiun untuk mengikuti kegiatan pengesahan. Selain itu, para pesilat ini juga hendak melakukan ritual nyekar di makam pendiri PSHT di TPU Pilangbango, Kota Madiun.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Dapat Izin Dari Warga, Salah Satu Fasilitas Olahraga di Wonogiri Dibuka

Ekspedisi Mudik 2024

Untuk menjadi warga PSHT memang tidak bisa instan. Sebelum menjadi warga, pesilat tersebut harus berlatih di tingkatan dasar. Mulai dari sabuk hitam, setelah itu sabuk merah muda, sabuk hijau, hingga sabuk putih.

Ketua Umum PSHT Pusat Madiun, R. Moerdjoko HW, mengatakan sebelum mengikuti pengesahan warga seluruh pesilat harus mengikuti latihan dari mulai dasar. Setelah itu, pesilat berhak mengikuti proses pengesahan warga. Tetapi, sebelumnya mereka akan melalui ujian seperti uji teknik yang telah dikuasi hingga materi tentang PSHT.

“Materi yang diujikan ya seputar teknik, jurus, pengertian lambang PSHT, persaudaraan itu seperti apa, hingga ada tes tertulisnya,” kata dia saat ditemui Madiunpos.com di Padepokan PSHT Madiun, Jumat (21/8/2020).

Sabuk

Moerdjoko menyebut setelah lulus ujian tersebut para pesilat akan disahkan sebagai warga baru PSHT. Pesilat ini juga berhak mengganti sabuk mereka dengan sabuk kain mori.

Warga yang disahkan, kata dia, harus membawa ingkung ayam kampung satu ekor dan dua sisir pisang raja. Ingkung ayam yang dibawa sudah dalam keadaan siap makan. “Ingkung ayam kampung dan dua sisir pisang raja ini dimasukkan dalam besek. Itu diberikan kepada panitia saat pengesahan,” ujar Moerdjoko.

Sedih! SDN 4 Trangkil Sragen Ditutup Gara-Gara Kekurangan Murid

Ingkung ayam dan pisang yang dibawa ini tidak boleh dimakan sendiri. Melainkan diserahkan kepada panitia. Setelah itu, panitia akan membagikannya di panti asuhan, pondok pesantren, dan masyarakat sekitar padepokan. “Ingkung dan pisang yang dibawa tidak boleh dimakan yang bawa. Setelah selametan selesai, langsung dibagikan,” kata dia.

Lebih lanjut, ingkung ayam dan pisang tersebut dibagikan sebagai simbol pengorbanan warga baru. Ayam yang dijadikan ingkung pun merupakan ayam pilihan. “Itu menjadi bentuk pengorbanan warga baru. Selain itu juga bentuk syukur. Ini sudah menjadi tradisi yang turun temurun,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya