SOLOPOS.COM - Permukiman di sekitar Kali Code, Jogja, terendam banjir material dari Gunung Merapi yang terbawa aliran sungai saat turun hujan lebat. (JIBI/Harian Jogja/dok)

Jogja (Solopos.com) – Kecamatan Danurejan, Jogja mulai bersiaga terhadap kemungkinan banjir lahar dingin Kali Code menjelang musim hujan yang diprediksikan segera datang.

BANJIR LAHAR DINGIN -- Permukiman di sekitar Kali Code, Jogja, terendam banjir material dari Gunung Merapi yang terbawa aliran sungai saat turun hujan lebat, beberapa waktu lalu. (JIBI/Harian Jogja/dok)

Promosi Kisah Inspiratif Ibru, Desa BRILian Paling Inovatif dan Digitalisasi Terbaik

Sekretaris Camat Danurejan, Rajwan Taufiq kepada Harian Jogja Minggu (23/10/2011), mengatakan, untuk menyiagakan warga pemerintah kecamatan telah mengirim surat lewat kelurahan RW, hingga RT agar berhati-hati terhadap bahaya banjir lahar dingin. Peringatan tersebut khususnya ditujukan kepada warga di sembilan RW di Kelurahan Suryatmajan serta warga di lima RW di Kelurahan Tegal Panggung. Ke dua keluarahan tersebut menurutnya paling rawan banjir lahar lantaran berbatasan langsung dengan Sungai Code. “Surat peringatan itu untuk mengingatkan warga agar berhati-hati terhadap bajir Kali Code,” terangnya.

Penggunaaan handy talky (HT) untuk alat komunikasi juga diefektifkan. Khususnya yang dipegang petugas-petugas tingkat RW. Alat komunikasi tersebut sangat vital untuk memberitahukan perkembangan kondisi hujan di daerah hulu atau debit air sungai. Selain itu, langkah yang dilakukan adalah mengaktifkan ronda kampung. “Jadi ronda kampung itu tidak hanya untuk keamanan tapi juga untuk memantau perkembangan sungai,” tuturnya.

Sebagai antisipasi melubernya lahar dingin, pada musim kemarau beberapa waktu terakhir, kondisi talud di sepanjang Code di wilayah Danurejan mulai dari jembatan Kewek hingga Juminahan telah ditinggikan hingga 1,5 meter. Talud setinggi itu diyakini cukup membendung material Merapi masuk ke rumah warga. “Talud sudah ditinggikan, tapi di masing-masing wilayah tetap ada petugas keamanan yang memantau kondisi sungai, di masing-masing wilayah kan ada seksi yang bertugas untuk itu,” lanjut Rajwan.

Tak hanya itu, sistem early warning system (EWS) atau peringatan dini juga sangat dibutukan untuk mengantisipasi bencana. EWS yang menggunakan pengeras suara tersebut dipasang di lokasi rawan banjir dan terhubung langsung ke Pemerintah Kota. Warga dapat siaga bila mendengar peringatan tersebut. Termasuk kesiapan evakuasi di tempat-tempat yang telah ditentukan.

Rajwan menambahkan, pada banjir lahar dingin 2010 lalu, ada 30 rumah warga di kecamatannya yang terkena banjir lahar dan terpaksa harus dievakuasi. Tahun ini pemerintah kecamatan menargetkan tak ada satu pun rumah warga yang terkena dampak erupsi Merapi tersebut. Banjir sebelumnya juga merusak sumur-sumur warga. Beruntung sumur-sumur itu kini telah dapat digunakan kembali. Material yang menutupi sumur sudah disedot. Selain itu Badan Lingkungan Hidup (BLH) juga telah melakukan pemeriksaan untuk mengecek kualitas air apakah aman dikonsumsi atau tidak. “Kalau sumur sekarang sudah tidak masalah karena sudah diperbaiki. Selain disedot juga ada pengecekan kualitas airnya dari BLH,” ungkapnya.

bes

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya