SOLOPOS.COM - Dandim 0727/Karanganyar, Letkol (Inf) Ikhsan Agung Widyo Wibowo menyerahkan bantuan kepada perwakilan anak yatim piatu terdampak Covid-19, Sabtu (4/9/2021). (Istimewa-Dok Pendim 0727/Karanganyar)

Solopos.com, JAKARTA-Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengingatkan masyarakat tidak terlena dengan tren penurunan kasus virus corona akhir-akhir ini.

Sementara epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengungkapkan masa krisis pandemi Covid-19 di Indonesia belum berakhir. Ia mengusulkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dilanjutkan.

Promosi BRI Cetak Laba Rp15,98 Triliun, ke Depan Lebih Fokus Hadapi Tantangan Domestik

Baca Juga: Pandemi Covid-19 Diprediksi Jadi Endemi, Apa yang Perlu Disiapkan Masyarakat? 

“Terjadi puncaknya pada tanggal 15 Juli 2021 kemudian turun terus kita sekarang mencapai kasus harian sekitar 6.700, ini merupakan suatu pertanda baik tetapi bukan merupakan suatu yang harus kita remehkan. Kita harus tetap waspada bahwa penurunan kasus ini mungkin saja dapat terjadi peningkatan lagi kalau kita tidak melakukan penguatan-penguatan di berbagai sistem,” kata Dante dalam siaran langsung di Kanal YouTube RSPAD Presidential Hospital, Minggu (5/9/2021) seperti dikutip detik.

Dante mencontohkan lonjakan kasus corona di Amerika dan Inggris padahal hampir seluruh warganya sudah divaksinasi. Dante menyebut hal itu semakin menyadarkan vaksin bukanlah segalanya.

Vaksinasi Bukan Jaminan

“Peningkatan kasus konfirmasi di beberapa negara di Asia divaksinasi tinggi pun sekarang terjadi lagi. Misalnya di Amerika, terjadi kenaikan kasus walaupun vaksinasinya sudah semakin tinggi. Kemudian di Inggris juga sama, kemudian di Israel yang sudah hampir seluruh penduduknya dilakukan vaksinasi juga meningkat lagi sekarang,” tuturnya.

“Ini menunjukkan vaksinasi bukan segala-galanya. Yang harus dilakukan tetap rumah sakit harus disiagakan untuk menghadapi lonjakan-lonjakan baru kasus yang mungkin terjadi di beberapa tempat,” imbuhnya.

Pertanda Baik

Dante memaparkan kondisi keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) yang menunjukkan pertanda baik. Hal itu dibuktikan dengan persentase BOR di seluruh provinsi di Indonesia kurang dari 50 persen.

“Keterpakaian tempat tidur di rumah sakit sudah menurun sekarang 67 persen dari angka total yang kita evaluasi pada bulan Agustus,” ujar Dante.

“Di seluruh Indonesia di seluruh provinsi kurang dari 50 persen, walaupun ada beberapa tempat yang tinggi seperti di Aceh, mencapai 49 persen tetapi beberapa daerah dan di Bali 45 persen,” sambungnya.

Baca Juga: Geger! Siswa di Ciamis Meninggal Beberapa Jam Setelah Divaksinasi 

Dante menilai penguatan di rumah sakit harus tetap dilakukan. Mengingat lonjakan kasus corona bisa saja terjadi dan saat itu tiba, ada 10-20 persen yang harus mendapat perawatan di rumah sakit.

Sementara itu, kasus tambahan harian positif hari ini sebanyak 5.403. Angka tersebut merupakan yang terendah sejak 15 Juli 2021 lalu.

Belum Berakhir

Epidemiolog Dicky Budiman mengingatkan masa krisis pandemi Covid-19 di Indonesia belum berakhir.  Sebab, kata dia, tren penurunan kasus Covid-19 belakangan ini belum menunjukkan wilayah Indonesia secara keseluruhan.

“Untuk dipahami juga penurunan beberapa pekan terakhir tidak bisa dikatakan mewakili Indonesia. Tidak bisa. Ini hanya mewakili Jawa-Bali dan Madura. Beda lagi di luar itu. Karena begini, selama ini testing yang mendominasi itu 3T-nya (testing, tracing, treatment) Jabodetabek,” ujar Dicky kepada Bisnis, Minggu (5/9/2021).

Dicky menjelaskan terdapat 11 provinsi yang level community transmission-nya ada di level 3. Kemudian 4 provinsi di level 4 dan 18 provinsi positivity rate di atas 20 persen.

Lebih 50 Persen

“Itu besar, lebih 50 persen. Ada lima provinsi yang tidak mencapai benchmark WHO yakni 1 orang dites per 1.000 per pekan. Artinya tidak bisa dinilai positivy rate-nya,” ujarnya.

Oleh karena itu, dia meminta pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) periode 31 Agustus-6 September yang bakal berakhir Senin (6/9/2021) besok diperpanjang.

Baca Juga: Tiga Lembaga Bertanggung Jawab Atas Aplikasi PeduliLindungi 

“PPKM ini harus dijaga, maksud dan fungsi menjadi penjaga dari proses pengendalian pandemi. Harus dijaga terus untuk sampai ke level 1 sampai pandemi berakhir,” ucapnya.

Dia menilai strategi 3T atau pemeriksaan dini, dan perawatan (treatment) perlu digenjot, selain vaksinasi dan protokol kesehatan.

“Dan ancaman gelombang ketiga nyata ada, setidaknya September atau Oktober ini bisa terjadi ancaman itu. Ini yang harus disadari,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya