SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO — Wali Kota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo, menyerukan agar Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 mendatang diubah mekanismenya, jangan lagi seperti Pemilu 2019 ini. Dia mengaku sangat keteteran selama penyelenggaraan pesta demokrasi Pemilu serentak 2019.

Bahkan orang nomor satu di Kota Bengawan itu sempat dua kali opname di rumah sakit (RS). Kondisi serupa dialami sejumlah pejabat Forkompinda.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Pengalaman 17 kali pemilu saya paling teler ini,” ujar dia seusai menghadiri pembukaan rapat pleno terbuka penghitungan suara Pemilu 2019 di Hotel Sunan Solo, Sabtu (4/5/2019).

Rudy, panggilan akrabnya, khawatir kondisinya lebih parah bila Pemilu 2024 juga dilaksanakan serentak untuk Pilpres dan Pemilu Legislatif. Bebannya petugas akan lebih berat.

Bila Pemilu 2024 akan dilaksanakan serentak Rudy mengusulkan agar pelaksanaannya dibuat bertahap. Opsinya bisa dua atau tiga tahap. Tahap pertama penyelenggaraan pemilu bupati/wali kota dan DPRD.

Tahap kedua pemilu gubernur dan DPRD provinsi, serta tahap ketiga Pemilu Presiden, DPR, dan DPD. “Kalau mau dibuat dua tahap juga bisa. Pertama pemilu kepala daerah bupati/wali kota dan gubernur serta DPRD. Tahap kedua pemilu DPR, DPD, dan presiden/wakil presiden. Intinya dibuat bertahap,” sambung dia.

Rudy keberatan bila Pemilu 2024 digelar sehari seperti tahun ini. Hal itu rawan mengakibatkan jatuh lebih banyak korban yang sakit atau meninggal dunia dipicu kelelahan. “Kalau pemilu serentak 2024 tetap dilakukan, jangan satu hari. Kalau satu hari nanti mampus semua,” tegas dia.

Rudy juga mengusulkan agar jumlah komisioner KPU kota/kabupaten ditambah bila Pemilu serentak 2024 benar-benar dilaksanakan. Dengan komisioner sebanyak itu menurut dia waktu tugas mereka saat pemungutan dan penghitungan suara bisa dibagi per sif. Tujuannya jangan sampai energi mereka terkuras saat pencoblosan.

Rudy menilai salah satu tahap Pemilu 2019 yang menyita tenaga dan pikirannya adalah masa kampanye yang terlalu panjang, yaitu delapan bulan. Dia juga harus menyiapkan para saksi untuk masing-masing jenis pemilihan.

“Pembekalan juga lebih banyak. Ini bukan pekerjaan ringan bagi ketua-ketua parpol,” imbuh dia.

Disinggung munculnya sejumlah isu negatif yang mengancam stabilitas nasional, Rudy optimistis hal itu tidak akan terjadi. Menurut dia isu negatif selalu muncul dan menyertai setiap penyelenggaraan pemilu di Tanah Air.

“Isu bisa ditepis bila seluruh rakyat Indonesia bisa menerima apa yang diputuskan oleh KPU,” tandas dia.

Ketua KPU Solo, Nurul Sutarti, mengatakan beratnya tanggung jawab sebagai penyelenggara Pemilu 2019 membuat seorang ketua KPPS, dua petugas keamanan TPS, dan seorang pengawas TPS, meninggal dunia. Diduga mereka kelelahan sehingga jatuh sakit seusai proses penghitungan suara dan meninggal dunia.

Tapi dia bersyukur Pemilu 2019 di Solo relatif lancar, aman, dan tertib. “KPU Solo mengucapkan terima kasih sekali kepada Pemkot Solo yang telah memfasilitasi pemeriksaan kesehatan para petugas kami di lapangan. Kami juga berterima kasih sekali kepada TNI/Polri atas pengamanannya selama ini,” ujar dia.

Kapolresta Solo, Kombes Pol Ribut Hari Wibowo, juga mengakui jajarannya telah bekerja ekstra selama penyelenggaraan Pemilu 2019. Tren kondisi Solo cenderung menghangat beberapa bulan terakhir. Saking padatnya kegiatan selama pemilu membuat kondisi fisik Ribut sempat dua kali turun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya