SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><strong>Semarangpos.com, SEMARANG &mdash; </strong>Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengajak warganya meningkatkan kesadaran dengan tidak mau parkir sembarangan. Bahkan, katanya, meskipun di titik parkir yang tidak semestinya itu ada juru parkirnya.</p><p>"Soal parkir liar, sebenarnya kembali ke masyarakatnya. Banyak orang bicara soal parkir liar, tetapi <em>kok ya ana</em> orang parkir di situ? Kok mau ditarik Rp5.000 [di luar tarif resmi]," katanya Hendi&mdash;sapaan akrab Hendrar Prihadi&mdash;seusai peluncuran Koridor VII Bus Rapid Transit (BRT) Trans Semarang, Selasa (15/5/2018).</p><p>Hendi melontarkan kata-kata tersebut sebagai tanggapan atas munculnya keluhan terhadap parkir liar yang sering membuat macet. Dia mempertanyakan kesadaran warga yang mau parkir di titik larangan, padahal sudah jelas ada rambu lalu lintas dilarang parkir dan ditarik pungutan oleh juru parkir liar.</p><p>"Ya, sesuai hukum ekonomi. Ketika ada juru parkir liar, kemudian ada orang mau parkir. Kalau saja warga tidak mau parkir karena terdapat rambu setop yang dicoret, juru parkir tidak akan dapat apa-apa," katanya.</p><p>Hendi menegaskan selama ini Pemerintah Kota Semarang sudah beberapa kali menertibkan titik-titik parkir liar yang ada di berbagai wilayah, tetapi tidak efektif jika tidak diiringi dengan kesadaran masyarakat. "Sudah ditindak tegas, tetapi, ya, kembali lagi ke masyarakat. Di situ <em>kan</em> banyak potensi duitnya, akhirnya kembali [muncul] lagi. Nanti kalau ditarik Rp5.000-10.000 protes <em>maneh </em>ke pemerintah," katanya.</p><p>Artinya, kata dia, masyarakat harus mulai sadar untuk tertib dalam berlalu lintas, termasuk parkir, sebab selama ini seperti di kawasan Simpang Lima penuh dengan parkir sepeda motor di bahu-bahu jalan. "Pokoknya, mulai malam Minggu, apalagi malam hari. Di Simpang Lima isinya motor semua. Kenapa sih tinggal jalan 30 m masuk ke tempat parkir yang sudah disediakan kok susah," ungkapnya.</p><p>Demikian juga di sepanjang Jalan Depok yang kerap kali terjadi kemacetan karena parkir bisa sampai dua lapis yang sebenarnya menandakan belum semua warga sadar untuk menaati aturan lalu lintas. "Cari gampangnya saja. Nanti kalau sudah macet, pemerintah yang dituding enggak becus mengatur lalu lintas dan sebagainya. La bagaimana? Yang parkir warga Semarang sendiri," katanya.</p><p>Mengenai keterbatasan kantong parkir yang tersedia, Hendi menepisnya, sebab masih banyak pertokoan, mal, hingga lahan kosong di kawasan pusat bisnis yang bisa dipakai sebagai lahan parkir. "Di kawasan Simpang Lima, misalnya, masih banyak [kantong parkir]. Mulai, pertokoan di sepanjang Simpang Lima, mal, seperti Mal Ciputra, Ace Hardware, dan sebagainya," katanya.</p><p><a href="http://semarang.solopos.com/"><strong><em>KLIK</em></strong></a><em><strong> dan </strong></em><a href="https://www.facebook.com/SemarangPos"><strong><em>LIKE</em></strong></a><em><strong> di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya</strong></em></p>

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ekspedisi Mudik 2024
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya