SOLOPOS.COM - Ilustrasi sapi untuk kurban. (Freepik.com)

Solopos.com, WONOGIRI — Harga jual sapi untuk kurban jelang Iduladha tahun ini di Wonogiri naik hingga 10% per ekor. Ribuan hewan ternak sapi dari Kota Sukses diperkirakan terjual ke luar kota.

Di sisi lain, diduga karena populasi sapi yang menurun dan permintaan meningkat, sejumlah pedagang mengaku cukup kesulitan mencari ternak untuk dijual.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Peternak sekaligus pengusaha sapi asal Kecamatan Wonogiri, Ismail, mengatakan pada momen kurban 2023 ini dia sudah menjual 25 ekor sapi ke konsumen di beberapa kabupaten/kota di Soloraya.

Jumlah sapi kurban yang dijual pedagang asal Wonogiri itu turun dibandingkan beberapa tahun terakhir. Tahun lalu, Ismail mengaku bisa menjual sekitar 60 sapi kurban. 

“Tingkat penjualan dibandingkan hari biasa memang naik ya. Tetapi kalau dibandingkan tahun lalu, saya pribadi [penjualannya] turun. Soalnya populasi sapi di Wonogiri sepertinya berkurang. Kemarin kan sempat ada wabah PMK [penyakit mulut dan kelamin] dan LSD [lumpy skin disease]. Jadi agak sulit cari sapi,” kata Ismail saat ditemui Solopos.com di kawasan Kota Wonogiri, Kamis (8/6/2023).

Menurut Ismail, harga jual sapi saat ini meningkat hingga lebih dari 10% dibandingkan pada hari normal. Harga jual sapi saat ini berkisar Rp20 juta-Rp23 juta per ekor. Sementara harga sapi pada hari-hari biasa Rp18 juta-Rp19 juta per ekor. 

Hal yang sama diungkapkan pengusaha jual-beli ternak asal Kecamatan Sidoharjo, Wonogiri, Rudi. Dia menyebut saat ini cukup sulit untuk mendapatkan sapi untuk kurban dengan harga sekitar Rp15 juta-Rp20 juta per ekor di Wonogiri.

Kesulitan Dapat Hewan Ternak

Selain memang karena populasi sapi turun, pada saat yang bersamaan banyak orang yang mencari sapi dengan rentang harga tersebut untuk kebutuhan kurban. Di sisi lain, meski kesulitan mendapatkan hewan ternak sapi untuk dijual, momen kurban tahun ini tingkat penjualan hewan ternak Rudi meningkat dibandingkan 2022 lalu.

Setidaknya hingga saat ini selama momen kurban, Rudi sudah menjual lima rit sapi. Satu rit biasanya berisi sembilan ekor sapi. Artinya Rudi sudah menjual 45 ekor sapi. Sedangkan pada momen kurban tahun lalu dia hanya menjual tiga rit sapi atau 27 ekor. 

“Penjualan saya memang meningkat. Tetapi sekarang sebenarnya agak sulit mencari sapi dengan rentang harga Rp15 juta-Rp20 juta per ekor. Kalau sapi di atas harga itu saya rasa masih banyak ya. Kalau mau cari, tidak sesulit sapi yang harga Rp20-an juta,” ucapnya.

Kepala Bidang Veteriner Dinas Kelautan dan Perikanan dan Peternakan (Dislapernak) Wonogiri, Magadalena Pancaningtyas, menyampaikan ternak sapi yang keluar dari Wonogiri untuk kebutuhan kurban tahun ini diperkirakan lebih dari 2.000 ekor.

Hal itu berkaca pada dua tahun sebelumnya, 2021 dan 2022, di mana sapi yang keluar pada momen kurban masing-masing sebanyak 1.834 dan 2.414 ekor. 

“Kemungkinan tahun ini jumlah sapi yang keluar dari Wonogiri selama momen kurban lebih dari banyak dari tahun lalu. Tahun lalu ada PMK, LSD, dan pandemi Covid-19, sementara saat ini tidak cenderung minim. Kalau melihat data dua tahun lalu, dimungkinkan ada peningkatan,” ujar dia.

Penurunan Populasi Sapi

Tyas membeberkan di Wonogiri sempat ramai wabah penyakit PMK dan LSD. Hal itu juga menjadi penyebab sejumlah ternak sapi mati. Namun penyakit itu saat ini diklaim sudah minim.

Dislapernak mencatat sapi yang terjangkit LSD sekarang ini sekitar 500 ekor. Sedangkan sapi yang terjangkit PMK jumlahnya tidak lebih dari 40 ekor.

Kepala Bidang Peternakan Dislapernak Wonogiri, Nunuk Wulandari, menyebut ada penurunan populasi sapi di Wonogiri akibat pengaruh penyakit PMK dan LSD. Para peternak sapi masih takut untuk beternak sapi dalam jumlah banyak.

Beberapa orang yang sementara ini berhenti beternak sapi karena khawatir masih akan ada penyakit serupa yang menyerang hewan ternak.

“Penurunan populasi itu bukan karena sapi-sapi banyak yang mati yang disebabkan PMK atau LSD. Tetapi lebih karena para peternak takut untuk memiliki ternak banyak atau belum mau beternak lagi. Soalnya, kalau sampai sapi mati karena penyakit, ruginya banyak,” kata Nunuk saat ditemui Solopos.com di Kantor Dislapernak Wonogiri, Kamis.

Dia menambahkan penurunan populasi sapi itu tidak terjadi secara eksponensial. Wonogiri masih memiliki populasi sapi potong terbanyak ketiga se-Jawa Tengah setelah Grobogan dan Blora. Data Dislapernak pada Desember 2022 populasi sapi di Wonogiri sebanyak 168.465 ekor sapi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya