SOLOPOS.COM - Ilustrasi/dok

Ilustrasi/dok

JOGJA—Pasien yang menjalani cuci darah (hemodialisa) di Kota Jogja terbilang tinggi dan justru didominiasi kalangan usia produktif. Para pasien tersebut harus melakukan cuci darah seumur hidupnya akibat penyakit yang dideritanya itu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hingga Januari 2013, Dinas Kesehatan (Dinkes) Jogja mencatat sebanyak 73 orang pasien cuci darah yang mendapat layanan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). Pola hidup sehat dan pola makan masyarakat yang kurang diperhatikan dituding sebagai penyebab.

Menurut Kepala UPT Jamkesda Marsono, 73 orang pasien cuci darah terdiri dari laki-laki 43 orang dan perempuan 30 orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 10 orang berusia di atas 60 tahun,  sisanya 53 orang berusia produktif. “Ini harus mendapat perhatian. Mengapa di usia produktif banyak yang sudah cuci darah,” ungkap Marsono di kantornya, Kamis (7/2/2013).

Pola hidup sehat dan pola makan masyarakat, sambungnya, diperkirakan menjadi salah satu penyebabnya. Dia menyontohkan, konsumsi minuman suplemen berlebihan menjadi salah satu pemicu terjadinya gagal ginjal. Padahal, sambungnya, bila orang sudah divonis harus gagal ginjal, cuci darah  harus dilakukan terus menerus seumur hidup.

“Di Jogja, ada pasien yang usia 44 tahun dalam sebulan harus cuci darah 14 kali. Ada yang 13 kali atau dua hari sekali harus cuci darah. Padahal, biaya sekali melakukan cuci darah tidak sedikit, minimal Rp500.000,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya