SOLOPOS.COM - ilustrasi

ilustrasi

SEMARANG–Kasus aborsi atau pengguguran kandung di Indonesia diperkirakan mencapai angka 2,5 juta per tahun. Pelakunya mulai perempuan usia remaja sampai orang dewasa.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Wakil Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialias Andrologi Indonesia (Persandi), Prof Dr dr Wimpie Pangkahila SpAnd, mengatakan kasus aborsi ini tersebar merata dari kota sampai desa.

“Dari 2,5 juta kasus itu, antara 10%-20% pelakunya perempuan usia remaja,” katanya kepada wartawan di sela Life Extension Strategies and Recent Reproductive Healt Issues di Hotel Patra Semarang, Rabu (18/4/2012).

Kalau di wilayah perkotaan, untuk melakukan aborsi ditangani oleh dokter, sedang di wilayah pedesaan yang melakukan aborsis dukun. Menurutnya angka kasus aborsi di Indonesia tercatat lebih tinggi dibandingkan negara lain di Asia, seperti Singapura dan Korea Selatan.

Tingginya kasus aborsi ini, lanjut Prof Wimpie, antara lain karena semakin terbukanya perilaku pacaran, serta peran keluarga yang longgar dalam melakukan pengawasan terhadap anak-anaknya.

“Seks sekarang ini bukan sesuatu yang “suci” lagi bagi sebagian kalangan remaja, sehingga kalau ada kesepakatan dalam pacaran cenderung melakukan hubungan seks,” ujarnya.

Lebih lanjut, ketua Asosiasi Seksologi Indonesia ini menyatakan berdasarkan data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKN) tercatat 30% mereka yang berpacaran telah melakukan hubungan pranikah.

“Namun dari pengamatan saya di lapangan angkanya mencapai 50%,” tandasnya.
Untuk mencegah maraknya kasus aborsi, Prof Wimpie yang juga Guru Besar Andrologi Universitas Udayana, Bali mengusulkan agar pemerintah memasukkan kurikulum pendidikan seks di sekolah.

Terpisah Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Prof dr Susilo Wibowo, mengatakan penyebab aborsi ini multi faktor, bisa faktor sosiologi, agama, dan ekonomi.

”Dalam dunia kedokteran ujar dia, dokter boleh melakukan tindakan aborsi dengan syarat kehamilan tersebut membahayakan keselamatan ibu hamil atau bayi yang dikandungnya,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya