SOLOPOS.COM - Aktivitas jual beli di Pasar Hewan Wage di Kecamatan Pracimantoro, Wonogiri, Kamis (9/3/2023). Harga sapi di Wonogiri anjlok beberapa waktu terakhir. (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Harga sapi di Wonogiri anjlok hingga Rp5 juta/ekor menjelang Ramadan ini. Penurunan harga itu dipengaruhi munculnya penyakit menular yang menyerang ternak sapi yang lumpy skin disease (LSD) di beberapa daerah, termasuk Wonogiri.

Pantauan Solopos.com di Pasar Hewan Pracimantoro yang buka setiap hari pasaran Wage, Kamis (9/3/2023), harga rata-rata sapi usia 1,5 tahun berkisar Rp15 juta-Rp17 juta per ekor. Sejumlah pembeli bahkan menawar sapi di bawah harga tersebut.

Promosi Jaga Jaringan, Telkom Punya Squad Khusus dan Tools Jenius

Banyak transaksi penjualan sapi berlangsung alot. Beberapa pembeli tidak berani berspekulasi terhadap harga sapi beberapa pekan atau bulan ke depan. 

Peternak sekaligus penjual sapi, Hadi Sarmono, mengatakan harga sapi terjun bebas karena sentimen negatif penyakit LSD di beberapa daerah sekitar Wonogiri. Pasar Hewan Pracimantoro merupakan pasar hewan terbesar di Wonogiri.

Pembeli dan penjual di pasar tersebut datang dari tiga provinsi yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sebagai informasi, LSD merupakan penyakit infeksius yang disebabkan lumpy skin disease virus.

Penyakit ini pada umumnya menyerang sapi dan kerbau yang membuat kulit hewan itu berbintil seperti kena kutil. Penularan LSD melalui kontak kulit, darah, lelehan hidung dan mata, air liur, atau susu.

Beberapa pekan terakhir sejumlah sapi yang diperjualbelikan di Pasar Hewan Pracimantoro dari Jawa Timur dan DIY terjangkit penyakit LSD, sehingga merusak harga jual sapi di Wonogiri. Penurunan harga itu mencapai Rp2 juta-Rp5 juta per ekor.

Satu ekor sapi yang biasanya dijual dengan harga Rp20 juta/ekor turun menjadi Rp15 juta-Rp17 juta/ekor. “Harganya anjlok. Sebabnya ada penyakit lato-lato [LSD] yang menyerang sapi. Sudah hampir sebulan ini harganya turun drastis,” kata Sarmono saat ditemui Solopos.com di Pasar Hewan Wage Pracimantoro, Kamis.

Bahkan, lanjut dia, harga sapi yang sudah terlanjur terkena LSD bisa turun sampai lebih dari 50% dari harga normal. Misal harga sapi ternak sehat Rp20 juta/ekor, sapi yang terjangkit LSD hanya Rp10 juta/ekor.

“Kalau LSD ini saya belum menemukan di Pracimantoro. Yang ada itu biasanya sapi-sapi dari luar seperti Pacitan dan Gunung Kidul, di sini kayaknya belum ada. Kalau ada pun jumlahnya sedikit.”

Itu pun pembeli masih banyak pikir untuk memutuskan membeli sapi tersebut. Hari itu, Sarmono membawa enam sapi berumur rata-rata 1,5 tahun ke Pasar Hewan Pracimantoro Wonogiri. Dua sapi berhasil dijual dan empat sapi dipulangkan.

Berharap Harga Naik Jelang Iduladha

Dua sapi dijual masing-masing seharga Rp16,5 juta/ekor. Padahal saat keadaan normal harga sapinya bisa mencapai Rp19 juta-Rp20 juta/ekor. Sementara empat sapinya yang lain tidak dia jual karena pembeli menawar harga terlalu rendah, yaitu di bawah Rp16 juta.

“Kalau LSD ini saya belum menemukan di Pracimantoro. Yang ada itu biasanya sapi-sapi dari luar seperti Pacitan dan Gunung Kidul, di sini kayaknya belum ada. Kalau ada pun jumlahnya sedikit,” ujar dia.

Pembeli sekaligus peternak sapi, Giyanto, mengungkapkan hal senada. Harga sapi di Wonogiri sudah mulai turun sekitar sebulan terakhir. Giyanto yang datang dari Sidoharjo, Wonogiri, semula ingin membeli beberapa sapi.

Namun akhirnya dia hanya membawa pulang satu ekor sapi. “Harganya enggak cocok. Saya enggak berani kalau beli sapi sementara kondisi pasar sedang tidak menentu begini. Tadinya mau beli banyak, tapi ini baru dapat satu ekor seharga Rp14,6 juta,” kata Giyanto

Giyanto mempunyai 30 ekor sapi. Ia berencana menambah sapi ternak lagi untuk dijual saat Iduladha. Dia berharap saat momen Hari Raya Kurban harga sapi bisa naik tinggi. 

Camat Pracimantoro, Warsito, membenarkan harga sapi di Wonogiri turun karena munculnya penyakit LSD yang menyerang sapi. Kondisi itu menyebabkan banyak peternak sapi menahan sapinya untuk tidak dijual kecuali karena terpepet kebutuhan.

Menurut laporan yang dia terima, di Kecamatan Pracimantoro sudah ditemukan 27 sapi ternak yang terkena LSD. “Lumayan banyak juga kasusnya. Ini petani yang sekaligus jadi peternak sapi lebih milih menahan dulu sapinya untuk tidak dijual,” ucap Warsito saat ditemui Solopos.com di Pracimantoro.

Sementara itu, Kepala Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan (Dislapernak) Wonogiri, Sutardi, menyebut kasus LSD pada sapi kali pertama ditemukan di Wonogiri yakni di Selogiri sekitar sebulan lalu.

Saat dimintai data lebih detail, Sutardi mengaku belum bisa menyebutkan berapa total kasus LSD di Wonogiri karena sedang dalam perjalanan. “Pada prinsipnya penyakit ini masih bisa tertangani. Kami memberikan obat-obatan ke sapi yang terjangkit,” ucap Sutardi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya