SOLOPOS.COM - De Tjolomadoe Karanganyar. (Istimewa/Instagram @detjolomadoe_official)

Solopos.com, KARANGANYAR — Penampilan baru bekas Pabrik Gula Colomadu atau lebih dikenal dengan De Tjolomadoe kini banyak disoroti warganet.

De Tjolomadoe telah menjadi destinasi wisata favorit bagi wisatawan yang berkunjung ke Kota Solo dan sekitarnya. Di sini, pengunjung bukan hanya diajak untuk mengenang kembali perjalanan panjang pabrik gula di Jawa Tengah ini.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

De Tjolomadoe telah direvitalisasi menjadi destinasi wisata yang lebih bergaya modern layaknya tempat wisata lainnya tanpa menghilangkan ciri khasnya. De Tjolomadoe berada di Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

Menurut sejarahnya, konon pabrik gula merupakan lambang kemajuan perekonomian Praja Mangkunegaran.

Dilansir dari kanal YouTube Espos Indonesia, Pabrik Gula Colomadu adalah pabrik gula yang pertama beroperasi menggunakan mesin-mesin modern sehingga dapat menyamai kapasitas produksi gula di Pulau Jawa. Bahkan saat itu Pabrik Gula Colomadu menjadi salah satu yang terbesar di Asia pada 1946.

Dalam sejarah perjalanannya, pabrik gula yang sudah dikelola secara turun-temurun ini kemudian dipindah tangankan pengelolaannya kepada pemerintah negara berdasarkan Undang-undang No. 16 tahun 1946.

Pada masa Mangkunegara ke-VIII, semua aset swasta diserahkan ke negara, termasuk Pabrik Gula Colomadu dan juga Pabrik Gula Tasikmadu serta semua pabrik gula yang ada di kawasan eksporter London Jogja-Solo.

Selain Pabrik Aula Colomadu menjadi milik pemerintah Republik Indonesia, pada 1947 keuntungan dari produksi Gula pun tak lagi masuk ke kas milik Mangkunegara. Pada 1981 perpindahan pengelolaan kembali dilakukan, Perusahaan Nasional Perkebunan (PNP) dipercaya mengelola Pabrik Gula Colomadu memasuki tahun 1990-an.

Tak berhenti disitu, produksi gula pada akhirnya mulai mengalami penurunan. Kemerosotan ini terjadi karena perubahan struktur lahan di sekitar Pabrik Gula Colomadu.

Bahkan yang semula merupakan daerah perkebunan telah berubah menjadi permukiman sehingga pasokan bahan baku mulai berkurang. Pada 1996, dilakukan reorganisasi sehingga PNP dibubarkan setelah itu PT Perkebunan XV dan XVI mengambil alih pengelolaan.

Nampaknya, perkembangan pabrik gula pada masa itu belum bisa berkembang dengan baik. Sampai pada riwayatnya, Pabrik Gula Colomadu melakukan penggilingan terakhirnya dan resmi berhenti beroperasi pada 1 Mei 1997.

Setelah sekian lama tak terjamah oleh perhatian pemerintah, Pabrik Gula Colomadu akhirnya memiliki wajah baru, tepat setelah dilakukan revitalisasi pada tahun 2017 hingga 2018.

Kini, Pabrik Gula Colomadu telah dialihfungsikan menjadi museum pabrik gula yang diubah namanya menjadi De Tjolomadoe dengan dilengkapi berbagai fasilitas, seperti convention hall, heritage gallery, souvenir center, outdoor sitting area, restaurant, shopping arcade, dan lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya