Solopos.com, SOLO – Tubuh seseorang yang sudah meninggal akan mengalami perubahan jika tidak dikremasi atau diawetkan. Tubuh akan membusuk setelah jantung berhenti berdetak.
Dikutip dari Science Alert, Rabu (8/1/2020), satu per satu sel tubuh bakal mati. Bakteri di dalamnya bakal mencerna organ dan jaringan tubuh tersebut. Kematian terjadi saat jantung, sirkulasi darah, dan pernapasan berhenti.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Kematian dapat menyebabkan beberapa perubahan pada tubuh. Mulai dari perubahan mata, kulit, temperatur tubuh, hingga munculnya lebam. Lebam pada mayat atau biasa disebut livor mortis terjadi akibat terkumpulnya darah pada jaringan kulit dan subkutan disertai pelebaran pembuluh kapiler pada bagian tubuh yang rendah atau menggantung.
Setelah seseorang meninggal, tubuhnya menjadi benda mati yang mengakibatkan darah berkumpul sesuai dengan hukum gravitasi. Lebam mayat awalnya berupa bercak berwarna keunguan yang terlihat kurang dari satu jam setelah kematian.
Lebam akan semakin jelas beberapa jam setelahnya. Lebam ini tidak hilang meski jasad ditekan dengan jari dalam waktu 6-12 jam. Sebab, pembekuan darah terjadi dalam kurun waktu 6-10 jam dari kematian.
Lebam mayat bisa berubah ukuran maupun letaknya bergantung posisi jasad. Posisi mayat sangat penting untuk menentukan penyebab kematian. Selain itu, sangat penting memastikan mayat belum disentuh orang lain.
Teka-Teki Kematian Lina Eks Sule: Suami Larang Kain Kafan Dibuka
Biasanya, ada lima warna lebam mayat yang bisa dipakai memperkirakan penyebab kematian. Lebam merah kebiruan merupakan warna normal. Warna merah terang menandakan keracunan atau suhu dingin. Merah gelap menunjukkan asfiksia alias kekurangan udara.
Sementara lebam warna perungu pucat dan garis-garis menandakan kematian akibat keguguran disertai infeksi berat. Sedangkan lebam kecoklatan menandakan keracunan potasium.