SOLOPOS.COM - Sejumlah pengguna jalan melintas di kawasan Gladak Jl Slamet Riyadi Solo, Kamis (11/11/2021) siang. (Solopos/Kurniawan)

Solopos.com, SOLO — Bagi masyarakat Soloraya, kawasan Gladak Jl Slamet Riyadi, Solo, sudah tidak asing lagi. Bisa dibilang kawasan ini merupakan pusat dari jalur lalu lintas kendaraan dari berbagai arah. Berbagai aksi massa juga kerap digelar di area ini.

Sebagai pusat berbagai kegiatan di Kota Bengawan, kawasan Gladak memiliki asal-usul dan sejarah panjang, termasuk soal penamaannya. Informasi yang dihimpun Solopos.com, nama Gladak tidak lepas dari keberadaan kandang Krapyak yang merupakan tempat menaruh satwa hasil buruan Raja Keraton Solo.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kandang Krapyak yang ada sejak masa Paku Buwono II tersebut berada di belakang Kantor Pos Solo, atau kini masuk wilayah Kelurahan Kampung Baru, Pasar kliwon. Di tempat itu hewan-hewan hasil buruan raja dan keluarganya ditaruh.

Baca Juga: Pertama dalam Sejarah, UMS bakal Kukuhkan 4 Guru Besar Sekaligus

Dikisahkan, hewan hasil buruan raja yang ditaruh di Krapyak seperti menjangan, sapi, banteng, serigala, hingga babi hutan. Pada hari-hari istimewa, ketika Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat punya gawe, hewan di Krapyak disembelih.

Daging hewan yang disembelih itu lantas disantap atau diberikan kepada rakyat. Ada kisah yang menyebutkan hewan-hewan di Krapyak disembelih di lokasi atau kawasan yang kini bernama Gladak, Solo. Dari Krapyak, hewan-hewan itu digladak pakai tali.

Menyembelih Hewan Hasil Perburuan

Setiba di Gladak, hewan-hewan tersebut disembelih. Sejarawan Solo yang juga Dosen Sejarah Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Heri Priyatmoko, mengonfirmasi keterkaitan Krapyak dengan asal usul nama Gladak.

Baca Juga: Kampung Dekat Balai Kota Solo Ini Dulunya Kandang Satwa Buruan Raja Lho

“Penamaan daerah Gladak itu ya merujuk aktivitas masyarakat saat itu yang menyeret paksa hewan hasil perburuan dari Krapyak ke Keraton. Diseret paksa pakai tali itu oleh warga disebut dengan digladak,” terangnya kepada Solopos.com, Kamis (11/11/2021).

Founder Solo Societeit tersebut menjelaskan kegiatan menyembelih hewan hasil perburuan saat itu atas perintah raja yang menginginkan pesta kuliner atau kembul bujana. Sehingga hewan-hewan seperti rusa dan kijang diseret ke Keraton untuk pesta.

Jenis hewan yang kala itu biasa disembelih untuk menu pesta kuliner raja dan rakyatnya berupa rusa dan kijang. “Kalau celeng saya pikir enggak termasuk ya, karena bagaimana pun saat itu sudah era Kerajaan Mataram Islam,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya