SOLOPOS.COM - Foto Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Reuters)

Foto Ilustrasi
JIBI/Harian Jogja/Reuters

JOGJA-Hipertensi atau tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama jenis penyakit tidak menular di Kota Jogja. Bahkan ada kecenderungan baru pengidap penyakit tersebut, yaitu menyasar warga berusia muda.

Promosi Enjoy the Game, Garuda! Australia Bisa Dilewati

Kepala Seksi Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kota Jogja, Endang Sri Rahayu mengungkapkan hipertensi menduduki posisi pertama angka kasus dari sepuluh besar penyakit tidak menular. Pada 2012 penderita hipertensi mencapai ribuan kasus.

Data Dinkes menyebutkan untuk kasus penyakit tidak menular hipertensi ada di urutan pertama pada 2012 dengan jumlah kasus 5.759. Urutan kedua diduduki diabetes militus sebanyak 2.894 kasus, disusul penyakit stroke 438 kasus dan jantung 319 kasus.

Selain angka kasus yang tinggi, hipertensi juga menunjukkan perubahan tren usia. Dahulu hipertensi banyak menyerang lansia atau usia 60 tahun ke atas.

Namun saat ini hipertensi juga menyerang usia lebih muda yiatu 40 tahun. Meskipun belum ada data pasti kematian yang diakibatkan hipertensi, Jogja pernah menjadi pilot proyek penelitian tentang angka kematian dan angkanya cukup tinggi mencapai 70%.

“Sekarang usianya lebih muda banyak yang 40 tahun sudah terserang hipertensi. Bahkan ada juga yang usia 35 tahun,” ucap Endang Sri Rahayu saat ditemui Harian Jogja di ruang kerjanya, Kamis (30/5).

Tingginya angka hipertensi dari tahun ke tahun menurut Endang dipicu banyak faktor seperti makan kurang sayur, pola makan makanan cepat saji sehingga tinggi kadar garam, kurang aktivitas, maupun faktor gen. “Pola hidup sekarang kan berbeda dari zaman dulu,” ungkap dia.

Terkait ini Dinkes terus melakukan upaya sosialisasi bahaya pola hidup yang tidak sehat. Dinkes berharap orangtua juga dapat membiasakan anak makan sayur.

Selain itu Dinkes juga menggencarkan pemeriksaan dini di setiap puskesmas dan juga meningkatkan kapasitas dokter. “Kami harap masyarakat aktif terutama yang berisiko atau sudah mengalami gejala-gejala,” tegas dia.

Dinkes juga mengingatkan perlunya kewaspadaan masyarakat terhadap sejumlah penyakit menular yang biasanya juga mengancam di musim pancaroba. Seperti Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan juga diare.

Untuk ISPA angka kasus yang ada sampai dengan April 2013 juga masih cukup banyak. ISPA juga masih menjadi penyakit dengan kasus nomor satu untuk sepuluh besar penyakit. Sementara untuk diare juga perlu diwaspadai di saat musim pancaroba.

“Apalagi ini juga mendekati liburan, banyak kendaraan, banyak debu dan asap. Perlu sekali kewaspadaan terutama anak-anak yang biasanya daya tahan tubuh kurang,” tandas dia.

Pada Januari lalu jumlah penderita ISPA di Jogja sebesar 1.608. Jumlah itu meningkat drastis pada Februari 4.714, kemudian Maret 1.069 serta April 636 kasus.

Terkait ini Endang mengajak masyarakat untuk melakukan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Hal ini juga erat kaitannya untuk mengantisipasi adanya flu baru H7N9 yang telah merebak di China.

Meskipun Indonesia secara umum belum ditemukan kasus, kewaspadaan perlu ditingkatkan mengantisipasi mobilitas penduduk Indonesia yang ke China maupun penduduk China ke Indonesia.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya