SOLOPOS.COM - Situs Mbah Gempur di Desa Jonggrangan, Kecamatan Klaten Utara, Kabupaten Klaten. (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN – Sekitar enam batu bata merah berukir sulur di situs Mbah Gempur, Desa Jonggrangan, Kecamatan Klaten Utara raib. Selama ini, temuan batu bata merah berukir sulur baru ada di Situs Mbah Gempur dari seratusan situs yang ditemukan di Klaten.

Warga sekitar situs tak mengetahui secara pasti kapan hilangnya enam batu bata merah itu. Namun, warga memperkirakan objek diduga cagar budaya itu raib sekitar dua pekan lalu. Situs Mbah Gempur berada di salah satu tanah kas desa setempat.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Selama ini juga tak banyak warga berkegiatan di sekitar situs. Selain ditumbuhi semak belukar, kawasan situs itu dikenal wingit alias angker. Hilangnya batu bata merah berukir sulur itu diketahui, Kamis (18/3/2021).

Baca Juga: KKP Tenggelamkan 2 Kapal Illegal Fishing, Kali ini Berbendera Malaysia

Salah satu warga, Dirin, 64, mengatakan selama ini warga secara berkala membersihkan kawasan Mbah Gempur. Seperti yang dilakukannya sekitar tiga pekan lalu. “Tiga pekan lalu batu bata masih ada. Ternyata kemarin tumpukan batu itu hilang. Ada lima sampai enam batu yang hilang dan semuanya berukir,” jelas Dirin saat ditemui wartawan di kawasan situs Mbah Gempur, Jumat (19/3/2021).

Dirin mengatakan selama ini tak banyak warga sekitar yang datang ke lokasi. Selain dikenal angker, kawasan situs Mbah Gempur juga terhitung terisolir lantaran tak berdekatan dengan jalan permukiman. Namun, pada hari-hari tertentu kerap ada orang yang mendatangi lokasi menggelar tirakat.

“Saya belum pernah ketemu langsung. Tetapi saya kerap menemukan benda-benda yang mungkin sebagai sesaji yang berisi sejumlah uang,” ungkap dia.

Keunikan

Pegiat pelestari cagar budaya dari Klaten Heritage Community (KHC), Hari Wahyudi, mengatakan situs Mbah Gempur diduga pernah menjadi kompleks candi pada era Mataram Kuno dan diperkirakan dibangun satu era dengan Candi Prambanan sekitar tahun 850 masehi. Indikasi itu berdasarkan ikonografi arca yang ada pada situs Mbah Gempur identik dengan arca di Candi Prambanan.

Situs Mbah Gempur juga memiliki keunikan lantaran struktur bangunan berupa batu bata merah yang jarang ditemui di wilayah Jawa Tengah terutama Klaten yang berdekatan dengan Candi Prambanan. Hal yang menjadi lebih unik yakni ada bagian struktur bangunan berupa batu bata merah berukir sulur.

“Dari total 150 situs di Klaten yang pernah kami data, ada 10 situs yang dibangun menggunakan batu bata merah. Namun, untuk jenis batu bata merah yang berukir hanya ada di Situs Mbah Gempur. Pada situs lainnya rata-rata berupa batu bata merah polos,” jelas dia.

Baca Juga: Nokia 5.4 resmi masuk Indonesia, Dijual Preorder Rp3,099 juta

Ukuran batu bata merah berukir sulur di situs Mbah Gempur diperkirakan memiliki ketebalan 10 sentimeter, lebar 24 sentimeter, dan panjang 34 sentimeter. Hari menyayangkan hilangnya temuan objek diduga cagar budaya yang langka tersebut.

Dia menyebut peristiwa hilangnya objek diduga cagar budaya bukan kali pertama terjadi di Klaten. Pada 2019 silam, objek diduga cagar budaya berupa batuan candi di wilayah Kebonarum juga hilang. “Kami berharap tidak ada lagi yang hilang untuk kali keempat dan seterusnya. Harapan kami ketika ada laporan dari masyarakat dari dinas mohon segera ditindaklanjuti agar bisa segera dilakukan penyelamatan,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya