SOLOPOS.COM - Volume air di Waduk Lalung, Karanganyar kian surut selama sebulan terakhir, sehingga area persawahan di sebagian wilayah Bumi Intan Pari terancam kekeringan. Foto diambil Rabu (28/8/2013). (Tri Indriawati/JIBI/Solopos)

 Volume air di Waduk Lalung, Karanganyar kian surut selama sebulan terakhir, sehingga area persawahan di sebagian wilayah Bumi Intan Pari terancam kekeringan. Foto diambil Rabu (28/8/2013). (Tri Indriawati/JIBI/Solopos)


Volume air di Waduk Lalung, Karanganyar kian surut selama sebulan terakhir, sehingga area persawahan di sebagian wilayah Bumi Intan Pari terancam kekeringan. Foto diambil Rabu (28/8/2013). (Tri Indriawati/JIBI/Solopos)

Solopos.com, KARANGANYAR — Datangnya musim kemarau membuat volume air di Waduk Lalung Karanganyar mulai surut sejak sebulan terakhir.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pantauan Solopos.com, Rabu (28/8/2013), sebagian area di dalam waduk yang terletak di sisi selatan Karanganyar Kota itu tampak mengering. Genangan air hanya tampak mengisi bagian tengah waduk yang biasa digunakan sebagai sumber pengairan area pertanian di sebagian wilayah Karanganyar selatan itu. Sebagian warga memanfaatkan area pinggir waduk untuk menaman padi kendati tanahnya telah mengering dan pecah-pecah.

Ekspedisi Mudik 2024

Salah seorang warga Kepuh RT 003/ RW 003, Lalung, Karanganyar, Ramiem, 53, mengatakan volume air di waduk itu mulai surut sejak awal Ramadan lalu. “Awalnya tidak sekering ini, masih ada air di pinggiran waduk. Lama-lama air semakin habis, yang tersisa hanya di bagian barat,” ujar dia saat dijumpai Solopos.com saat hendak mencari tanah di Waduk Lalung, kemarin.

Menurut Ramiem, pemilik hak pakai area persawahan di tepi waduk sengaja tak menggarap sebagian lahannya karena tanah di sawah tersebut telah terlanjur kering. Hanya sebagian lahan yang bisa ditanami padi, namun petani harus menyedot air dari tengah waduk. “Biasanya kalau waduk surut ya dijadikan sawah, tapi kali ini tanahnya terlalu kering jadi kemungkinan pemilik sawah enggak mau menanami soalnya harus nyedot air dari tengah waduk, padahal semakin lama air waduk semakin surut,” imbuhnya.

Seorang warga Kepuh lainnya, Saminem, 49, menyatakan Waduk Lalung selalu dipenuhi air selama musim penghujan. Air hujan yang ditampung di waduk itu dialirkan ke sawah-sawah penduduk setiap dua kali dalam sehari.

Ia manambahkan surutnya volume air di Waduk Lalung menjadi berkah tersendiri bagi warga sekitar. Sebagian besar penduduk yang bekerja sebagai pengrajin batu bata diuntungkan karena bisa mengambil tanah liat di tengah waduk.

“Kalau airnya penuh kan kami tidak bisa pergi ke tengah waduk. Kalau surut begini, warga jadi bisa mengambil tanah, kayu bakar, dan ikan,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya