SOLOPOS.COM - Tanah dasar Waduk Kembangan di Dukuh Kembangan, Desa Mojorejo, Karangmalang, Sragen, mengering dan pecah-pecah, Sabtu (26/8/2017). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Ratusan warga Sragen panen ikan di Waduk Kembangan yang mengering.

Solopos.com, SRAGEN — Puluhan warga memadati perairan Waduk Kembangan di Desa Mojorejo, Kecamatan Karangmalang, Sragen, Sabtu (26/8/2017) siang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Terik matahari yang menyengat di tengah hari itu tak mereka hiraukan. Laki-laki, perempuan, anak-anak, dan dewasa menjaring ikan di waduk yang mulai mengering itu.

Mereka membawa jala, jaring yang dibingkai bambu, ikrak yang biasa untuk buang sampah, dan cething plastik. Mereka berlalu-lalang sembari menyebar jaring untuk mencari ikan.

Sejumlah anak-anak tak hanya mencari ikan tetapi asyik bermain air yang bercampur lumpur. Waduk Kembangan mulai mengering sejak Kamis (24/8/2017) lalu.

Air terus susut karena dialirkan untuk memenuhi kebutuhan sawah seluas 358 hektare. Waduk buatan 1936 itu luasnya 13,4 hektare dengan daya tampung mencapai 500.000 m3.

Sutiman, 33, warga Dukuh/Desa Mojorejo RT 022, Karangmalang, berjalan menyusuri tanah berlumpur dan sebagian tanah kering dan pecah-pecah di pinggiran waduk. Sambing menenteng plastik hitam berisi ikan, Sutiman melihat aktivitas warga yang mencari ikan di perairan dangkal dengan kedalaman hanya 50 sentimeter yang tersisa.

Sutiman datang bersama dua orang temannya yang masih di tengah perairan sedalam sampai 1,5 meter untuk menjala ikan. Ia bertugas untuk membawakan ikan hasil tangkapan.

“Waduk ini baru dua tahun terakhir kering sejak ditaburi benih nila dan tombro pada 2015 lalu. Saat air masih cukup dalam jumlah ikannya lumayan. Waduk ini baru mengering sejak dua hari lalu. Selama dua hari itu [Kamis-Jumat, 24-25/8/2017] warga cukup mudah dapat ikan. Sekarang cukup sulit karena tinggal sisanya. Selama setengah hari bisa mendapat 2 kg saja sudah untung,” katanya saat berbincang dengan Solopos.com, Sabtu siang.

Ikan nila dan tombro disebari warga dari lima dukuh saat musim penghujan 2015 lalu. Kelima dukuh itu meliputi Dukuh Kembangan Lor, Kembangan Kidul, Panji, Mojorejo, dan Cengklik.

Warga yang mencari ikan bisa mencapai ratusan orang pada pagi dan sore hari. Orang yang mencari ikan pun tak hanya dari lima dukuh itu tetapi dari luar Desa Mojorejo, seperti Bendungan Kedawung, Ngarum Ngrampal, dan desa lainnya.

“Kalau sudah mengering begini ya ikan menjadi milik umum. Siapa cepat dia dapat. Kalau saya ikan-ikan hasil tangkapan ya dimakan sendiri. Kalau sisa baru dijual. Saya menjualnya dengan harga Rp20.000/kg,” katanya.

Suparno, warga Mojorejo RT 023, merasa sudah terlambat mencari ikannya. Ia memperkirakan sudah 1 ton ikan yang sudah diambil warga selama dua hari terakhir.

“Pada Kamis lalu, sekali jaring saja bisa mendapat 10-15 kg. Itu satu orang yang menangkap dengan pakai jala itu bisa mendapat keuntungan sampai Rp1 juta dalam sehari. Ya, hanya menjual ikan hasil tangkapan itu,” ujarnya.

Dengan asumsi harga ikan Rp20.000/kg, dalam sehari warga bisa menangkap ikan sampai 50 kg dengan keuntungan mencapai Rp1 juta per hari. Kendati tinggal sisanya, masih banyak warga yang antusias mencari ikan.

Seperti Paryanti, 47, yang datang dengan suami dan kedua anaknya. Paryanti datang yang untuk beli ikan tetapi suaminya tertarik mencari ikan kecil-kecil yang katanya untuk bibit di kolam rumahnya.

Kedua anaknya yang masih usia sekolah dasar dan taman kanak-kanak juga ikut bermain lumpur di tengah waduk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya