Solopos.com, BOYOLALI — Zona merah atau zona positif penyakit mulut dan kuku atau PMK di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah bertambah menjadi tiga kecamatan.
Selain itu, hewan ternak yang dinyatakan positif PMK di Boyolali bertambah menjadi 32 ekor. Ihwal data terbaru PMK di Boyolali tersebut disampaikan Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Boyolali, Lusia Dyah Suciati, saat dihubungi Solopos.com, Jumat (10/6/2022).
Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah
“Sampai dengan data Kamis [9/6/2022], hewan yang sudah di-tracking ada 6.184 ekor. [Dari jumlah itu] suspek ada 1.310 ekor, positif PMK 32 ekor. Kemudian [ternak yang] mati ada 16 ekor dan sembuh 468 ekor,” kata Lusi.
Lebih lanjut, Lusi mengungkapkan zona merah atau zona positif PMK di Boyolali berada di tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Mojosongo, Kecamatan Ampel, dan Kecamatan Andong.
Ia juga mengatakan ada lima kecamatan yang bebas PMK di Boyolali, yaitu Kecamatan Juwangi, Kecamatan Kemusu, Kecamatan Banyudono, Kecamatan Sawit, dan Kecamatan Wonosamodro.
Baca Juga : Ini Tips Putus Persebaran Penyakit Mulut-Kuku Ternak ala Bupati Sragen
Hal tersebut bisa disimpulkan bahwa ada 14 kecamatan di Boyolali yang masuk zona kuning atau zona suspek PMK dari total 22 kecamatan di Boyolali.
Dikonfirmasi terkait rencana pengobatan hewan terpapar PMK, Lusi mengungkapkan telah meminta pedagang atau peternak besar yang mampu agar menangani PMK secara mandiri. “Untuk peternak yang besar, kami bantu dampingi penangannya. Kesadaran mereka cukup tinggi sehingga mereka siap untuk penyediaan obat. Kami lebih fokus ke peternak kecil,” jelasnya.
Sementara itu, untuk menekan persebaran PMK sekaligus fokus menangani hewan yang suspek dan positif PMK, Lusi mengungkapkan penutupan seluruh pasar hewan di Boyolali akan diperpanjang dari Sabtu-Senin (11-20/6/2022). “Kebetulan juga pasar hewan di kabupaten tetangga masih belum buka. Kalau sini buka, nanti sini jadi tumpuan pada lari ke sini semua,” kata dia.
Dikonfirmasi secara terpisah, Kepala UPT Pasar Hewan Sunggingan, Cepogo, Boyolali, Sapto Hadi Darmono, membenarkan perpanjangan penutupan pasar hewan di Boyolali. Ia mengatakan penutupan pasar hewan berdampak positif untuk pengendalian dan penangan penyakit mulut dan kuku.
Baca Juga : Sing Sabar, Penutupan Pasar Hewan di Boyolali Diperpanjang Lur…
“Jadi biar wabah PMK ini cepat selesai. Dampak positifnya bisa mengurangi mobilitas ternak yang sakit atau terkena PMK. Selain itu, PMK kan virusnya juga bisa dibawa manusia. Kalau ditutup bisa diminimalisir,” ungkapnya.
Sapto juga mengungkapkan penutupan pasar hewan tersebut telah disosialisasikan kepada paguyuban pedagang sapi dan kambing. “Kami sosialisasikan melalui MMT [spanduk], lewat brosur, dan grup WhatsApp,” jelasnya.