SOLOPOS.COM - Kompleks Candi Arjuna di Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. (Antara-Sumarwoto)

Solopos.com, SOLO--Kunjungan wisata di Dataran Tinggi Dieng di Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo, Jawa Tengah, menyebabkan hilangnya tanah permukaan hingga 20 cm di jalur pendakian lereng Sikunir. Pembangunan permukiman secara permanen yang masif akibat peningkatan sektor wisata juga mengurangi fungsi konservasi pada kawasan tersebut.

Erosi yang tinggi juga terjadi di lahan budidaya kentang di Dieng. Pada lahan dengan konservasi minimal, tingkat erosi hampir mencapai 8 cm per hektare per tahun atau setara dengan kehilangan tanah sebanyak 6.843 kantung tanah per hektare per tahun.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Munculnya batuan ke permukaan menandakan hilangnya tanah permukaan. Selain itu juga hilangnya kesuburan tanah yang dalam jangka panjang akan mengancam produktivitas lahan,” ujar staf pengajar Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta,  M. Anggri Setiawan, dalam seminar virtual, Rabu (19/8/2020), seperti dalam rilis kepada Solopos.com.

Motor Knalpot Brong Dikeluhkan, Polres Karanganyar Gelar Operasi Terjunkan 150 Personel

Seminar bertema Upaya Konservasi Tanah dan Air di Daerah Dieng Jawa Tengah itu digelar oleh Program Studi S1 Ilmu Tanah dan Program Studi S2 (Magister) Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo. Seminar Seri 3 ini dimotori oleh Masyarakat Konservasi Tanah dan Air Indonesia (MKTI) PC Jawa Tengah dan MKTI PC DIY. Kegiatan ini juga bekerja sama dengan Prodi Ilmu Tanah UGM Yogyakarta dan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) di Wilayah Jawa Tengah.

Anggri Setiawan mengatakan beberapa percobaan dilakukan untuk mengurangi erosi di Dieng. Upaya itu di antaranya dengan teknologi jaring-jaring serabut kelapa (jalapa). Teknik ini, kata dia, mampu mengurangi sekitar 43% erosi tanah di Dieng.

Mantan Bupati Karanganyar Rina Iriani Bebas Bersyarat Besok

 

Tanaman Macadamia

Seminar virtual juga menghadirkan Kepala BPDASHL Serayu Opak Progo, Sri Handayaningsih. Bu Ning, panggilannya, menyampaikan salah satu permasalahan utama di daerah Dieng adalah kepemilikan wilayah didominasi masyarakat. Hal itu membuat heterogenitas pengelolaan lahan yang sangat kompleks.

“Beberapa program kegiatan telah dilakukan oleh BPDAHL SOP, seperti penyusunan dokumen-dokumen sebagai dasar untuk perencanaan dan arah kebijakan [rencana pengelolaan DAS terpadu]. Selain itu rehabilitasi hutan dan lahan baik secara vegetatif maupun teknis sipil di Kawasan Dieng,” ujar Bu Ning.

Solo Ingin Buka Sekolah pada November, Ganjar Beri Lampu Hijau

Dia mengatakan pengembangan vegetasi macadamia dapat digunakan sebagai tanaman pemulihan kawasan. Macadamia juga menghasilkan kacang macadamia yang memiliki nilai ekonomi tinggi, bahkan termahal di dunia. Hasil kacang tersebut termasuk dalam Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) sehingga sangat baik untuk pemulihan kawasan.

Seminar virtual Seri 3 ini diikuti oleh 132 peserta dari berbagai kalangan. Seminar Virtual Seri 4 akan digelar pada Rabu (26/8/2020) mulai pukul 09.00 WIB melalui media virtual.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya