SOLOPOS.COM - Ilustrasi orang dengan HIV (Freepik).

Solopos.com, SOLO — Temuan kasus baru pengidap HIV/AIDS di Kota Solo bertambah 175 orang dalam enam bulan atau setengah tahun pertama 2022. Sementara total jumlah pengidap HIV/AIDS mulai 2005-Juni 2022 tercatat lebih dari 1.000 jiwa

Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) se-Soloraya melakukan rapat koordinasi (rakor) di Hotel Loji, Banjarsari, Solo, pada pekan lalu. Rakor itu dihadiri Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kegiatan itu dilaksanakan guna membedah beragam persoalan dan menyamakan persepsi penanggulangan HIV/AIDS di Soloraya. Pengelola Program KPA Solo, Tommy Pranoto, mengatakan kasus baru HIV/AIDS itu terdeteksi dari voluntary counselling and testing (VCT) di rumah sakit dan puskesmas.

Mereka tak hanya berasal dari wilayah Solo melainkan luar Soloraya seperti Jakarta, Kabupaten Grobogan, dan Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. “Ada 175 pengidap baru HIV/AIDS yang ditemukan selama semester I 2022. Mayoritas penularan HIV/AIDS melalui hubungan heteroseksual,” katanya saat ditemui Solopos.com di kantornya di wilayah Pasar Kliwon, Selasa (2/7/2022).

Tommy mengatakan para pengidap HIV/AIDS itu memilih menjalani VCT di Solo karena faktor kenyamanan dan privasi. Menurutnya, para pengidap baru justru lebih banyak berasal dari luar Soloraya.

Baca Juga: Perjalanan Kakek 66 Tahun di AS Jadi Orang Kelima yang Sembuh dari HIV

Menurut Tommy, temuan kasus HIV/AIDS sejak Oktober 2005 hingga Desember 2021 sebanyak 982 orang. Angka ini ditambah pengidap baru selama semester I 2022. Sehingga total jumlah kasus HIV/AIDS yang ditemukan di Solo sebanyak 1.157 orang.

Hasil Rakor

Sedangkan pengidap HIV/AIDS yang meninggal dunia sebanyak 158 orang. “Kami terus melakukan pengawasan dan pemeriksaan kesehatan populasi kunci yang berisiko terinfeksi virus HIV/AIDS. Mereka melakukan VCT secara berkala. Kadang sekali dalam tiga bulan,” ujarnya.

Disinggung ihwal hasil rakor KPA, Tommy menjelaskan banyak persoalan yang mencuat saat rakor tersebut. Misalnya, komitmen pemerintah dalam penanggulangan HIV/AIDS, alokasi anggaran hingga organisasi perangkat daerah (OPD) yang menaungi KPA di masing-masing daerah.

Baca Juga: SOTK Berubah, Anggaran Penanganan HIV/AIDS di KPA Solo Anjlok 60%

“Harus ada penguatan kelembagaan KPA di setiap daerah. Perlu diseragamkan, OPD yang menaungi KPA di setiap daerah apakah Dinas Kesehatan atau dinas lainnya,” paparnya.

Sekretaris KPA Solo, Widdi Srihanto, mengatakan kasus HIV/AIDS ibarat fenomena gunung es. Jumlah kasus HIV/AIDS yang ditemukan jauh lebih sedikit dibanding kasus yang belum terdeteksi.

Karena itu, masyarakat didorong untuk menjalani VCT secara sukarela untuk mengetahui status kesehatannya. “Orang dengan HIV/AIDS [ODHA] menjalani pengobatan antiretroviral [AVR] guna menekan jumlah virus di dalam tubuh,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya