SOLOPOS.COM - Ilustrasi tumpukan sampah di TPA Jatibarang, Kota Semarang. (Solopos.com-Ponco Wiyono)

Solopos.com, SEMARANG — Sudah setahun terakhir mesin Pembangkit Listrik Tenaga Sampah atau PLTSa di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang, Kota Semarang, tidak beroperasi. Mangkraknya, PLTSa Jatibarang Semarang itu disebabkan minimnya sumber pasokan sampah organik.

Kepala Sub Bagian Tata Usaha UPTD TPA Jatibarang, Joko Hartono, mengatakan ketiadaan sampah organik menjadi masalah. Hal itu dikarenakan sampah jenis tersebut merupakan bahan baku utama mesin insinerator PLTSa.

Promosi BI Rate Naik Jadi 6,25%, BRI Optimistis Pertahankan Likuiditas dan Kredit

“Kebutuhan sampah organik untuk diubah menjadi energi panas mencapai 9 ton. Sedangkan kita masih kekurangan suplainya,” ungkap Joko, Selasa (1/11/2022).

Sistem kerja mesin tersebut adalah dengan mengendapkan sampah dan menutup dengan penutup membran kemudian sampah organik tersebut diolah lagi untuk disalurkan menjadi energi penggerak mesin PLTSa.

PLTSa Jatibarang adalah proyek besar hasil kerja sama dengan Pemerintah Denmark senilai Rp45 miliar yang menempati lahan seluas 9 hektare. Dalam pengadaan sarana fisiknya, pihak ketiga ini memberikan dukungan yang dikolaborasikan dengan program yang ada di Pemkot Semarang dan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM).

Baca juga: Pembangkit Listrik Tenaga Sampah di Jatibarang Ditargetkan Beroperasi Oktober 2018

Sementara itu, di TPA Jatibarang ada empat zona penampungan sampah dengan total luasan mencapai 46 hektare. “Ketika memasuki musim penghujan, volume sampah meningkat hingga 1.000 ton. Tapi dari lahan seluas itu saya pastikan tidak ada area penampungan sampah yang longsor,” jelasnya.

Meski kesulitan mendapat pasokan sampah organik, pengolahan sampah di Jatibarang tetap mengoperasikan 150 truk sampah. Dikatakan Joko, masing-masing truk sampah dioperasikan menyebar di 16 kecamatan dan 177 kelurahan dan kampung di Semarang.

“Jumlah pemulung yang kita berdayakan di area TPA ada 400 lebih. Mereka dari Karanggede Boyolali, Bandung, Kudus, sebagian kecil Semarang dan Purwodadi. Rata-rata per hari mereka dapat memilah sampah 10 ton,” tuturnya.

Baca juga: ACT dan MRI Bagikan Paket Beras ke Warga TPA Jatibarang Semarang

Sementara itu, Supervisor Pengelola PLTSa Jatibarang dari PT BPS, TPA Jatibarang dari PT Bumi Pandanaran Sejahtera (BPS), Aas Hernawan, membenarkan bahwa operasional PLTSa Jatibarang berhenti karena terkendala teknis.

“Secara teknisnya dihentikan sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Mesinnya nanti kita cek lagi. Kita tidak bisa menyampaikan mekanisme penggunaan secara detail karena yang lebih paham dari jajaran manajemen pusatnya,” katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya