SOLOPOS.COM - Ratusan penari dari sanggar tari se-Kota Solo menampilkan tari Budhalan pada rangkaian peringatan Hari Tari se-Dunia di Jalan Jendral Sudirman, Solo, Senin (29/4/2013). Sebanyak 400 penari ambil bagian pada pertunjukan tari massal tersebut. (JIBI/Solopos/Burhan Aris Nugraha)

Solopos.com, SOLO — Separuh dari seratusan sanggar seni yang ada di Kota Solo saat ini sudah tidak aktif berkegiatan. Mereka terkendala biaya operasional dan pandemi Covid-19 juga turut menambah daftar panjang kelompok seni turut mati suri.

Kepala Bidang Kesenian Sastra dan Bahasa di Dinas Kebudayaan Solo, Suhanto, Senin (29/11/2021), mengatakan telah melakukan pendataan sanggar di Solo. Sebelum pandemi ini ada 50% sanggar yang mati suri. Sementara sisanya masih berkegiatan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hal itu disebabkan banyak faktor. Salah satunya yakni tidak adanya biaya operasional. Selain itu, minimnya anggota atau murid sanggar juga jadi pengaruh.

Sanggar seni yang dimaksud Suhanto berasal dari berbagai lini kesenian di Kota Solo. Mulai dari seni tradisional, sanggar seni rupa, dan lainnya. Mereka juga tersebar di hampir semua kelurahan se-Solo.

Baca Juga: FPKS DPRD Solo: Larang Konsumsi Daging Anjing Tak Harus Buat Perda

Sanggar biasanya diinisiasi seniman yang memang berkomitmen mengembangkan kesenian di Solo. “Ya seniman beneran membuka sanggar sebagai ruang apresiasi seni anak-anak. Tapi kadang terbentur operasional. Atau misal enggak ada anggota, itu yang bikin berhenti aktivitas,” kata Suhanto.

Sementara itu, selama ini di Pemerintah Kota Solo (Pemkot Solo) tak memiliki anggaran khusus untuk mendukung biaya operasional seratusan sanggar tersebut. Pemerintah melalui Dinas Kebudayaan, kata Suhanto, baru bisa memberikan dana stimulan melalui event pentas.

Harus Tombok untuk Operasional

Pemerintah juga mendukung keberadaan mereka dengan menyediakan pendapa kelurahan setempat untuk latihan. Mengingat banyak pula sanggar yang belum memiliki tempat latihan.

“Penginnya ya aktif semua. Tapi kalau untuk mendukung operasional per bulan misalnya, belum ada anggaran. Kami berupaya dengan aktif membuat event, memfasilitasi mereka. Lalu kalau dinas ada acara, kami akan mengundang anggota sanggar. Sifatnya masih stimulan,” terangnya.

Baca Juga: Wow! Penanganan Kawasan Kumuh Kota Solo Jadi Salah Satu yang Terbaik

Seniman yang juga inisiator sanggar seni di Kota Solo, Prawoto Susilo, mengakui butuh usaha lebih untuk menghidupkan kesenian di masa sekarang. Apalagi pada masa pandemi.

Selama ini sanggar memang bergerak mandiri dengan iuran sekadarnya. Kadang juga harus tombok demi bisa mendukung para anggotanya pentas.

“Jadi semangat seperti ini yang memang harus ditumbuhkan terus. Bahkan pas pandemi kemarin kadang masih ada kegiatan agar anak-anak tidak terus lupa dengan kesenian,” katanya.

Sanggar yang didirikan Prawoto di daerah Nusukan, Banjarsari, saat ini sedang proses pendaftaran ke Dinas Kebudayaan. Ia berharap nantinya pemerintah memberikan dukungan penuh pada mereka mengingat sanggar-sanggar yang tumbuh di tingkat kelurahan merupakan bagian penting dari regenerasi seniman Kota Solo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya