SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Mardi menunjukkan foto anak pertamanya Alief Rabani yang pergi tanpa pamit dari Ponpes di Selogiri, Wonogiri, Kamis (4/10/2012). (Ayu Abriyani KP/JIBI/SOLOPOS)

WONOGIRI — Seorang santri pergi tanpa pamit dari Pondok Pesantren (Ponpes) Mambaul Hikmah di Dusun Kalikatir, Desa Nambangan, Kecamatan Selogiri, Rabu (3/10/2012) petang. Alief Robani, 11, warga Dusun Sempon, Desa Saman, Kecamatan Girimarto itu merupakan siswa baru di SMP Nawa Kartika, Selogiri.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dari informasi yang dihimpun, Alief masuk ke Ponpes Mambaul Hikmah pada Selasa (2/10/2012) sekitar pukul 17.00 WIB. Ia diketahui pergi tanpa pamit dari pondok tersebut pada Rabu (3/10/2012) sekitar pukul 14.00 WIB. Ia yang baru lulus dari SD Saman II di Kecamatan Girimarto tahun ini memang berniat nyantri.

“Saya tidak pernah memaksa anak saya masuk pondok. Setelah lulus SD, ia sendiri yang ingin masuk Ponpes Ta’mirul Islam di Solo. Katanya biar gaul. Setelah 38 hari atau sebelum puasa lalu, ia kami ambil karena saat itu liburan selama 20 hari. Setelah itu, ia tidak mau kembali nyantri di Solo,” kata sang ayah, Mardi, saat ditemui wartawan di rumah seorang anggota dewan di Wonokarto, Kamis (4/10/2012).

Alief kemudian ingin masuk ke Ponpes Mambaul Hikmah karena ada beberapa temannya sewaktu SD yang nyantri di sana. Dengan diantar ayahnya, Alief kemudian mendaftar dan masuk ke pondok tersebut pada Selasa petang.

Esok harinya, Rabu siang, Alief pergi meninggalkan pondok tanpa berpamitan akan pergi ke mana. “Hari Rabu, sekitar pukul 18.00 WIB, saya menerima telepon dari pondok yang menanyakan apakah Alief sudah sampai di rumah. Saat itulah, saya baru tahu kalau alief meninggalkan pondok tanpa pamit. Katanya, ada seorang temannya yang melihat Alief pergi naik minibus dari Selogiri ke arah Wonogiri,” ujarnya. Alief pergi membawa uang Rp40.000 yang ia pinjam dari seorang santri yang masih tetangganya.

Sebelum mengantar ke ponpes di Selogiri, Mardi sempat berbicara agak keras kepada anaknya karena sudah minta pindah pondok.

“Saya juga mendengar kalau pak Mardi berbicara agak keras karena ingin menegaskan keputusan anaknya. Ia tidak ingin Alief minta pindah ke pondok lainnya lagi,” kata Slamet, 38, tetangga Mardi yang ikut menemani mencari Alief.

Menurut Mardi, kemungkinan Alief tidak berani pulang ke rumah setelah sebelumnya dimarahi ayahnya.

“Saya sudah melapor ke Polsek Wonogiri, Selogiri dan Polres. Saya juga mengajak warga sekitar untuk mencari Alief di beberapa tempat playstation dan terminal di Wonogiri. Tapi, sampai saat ini belum ketemu. Sebelumnya memang pernah pergi tanpa pamit tetapi dia ditemukan di tempat playstation dekat rumah,” imbuhnya.

Mardi memiliki dua anak dan Alief adalah anak pertama. Dalam kehidupan sehari-hari, Alief memang anak yang bandel. Ia sering pergi memancing dan main playstation. Terkadang, saat diberi nasehat ibunya, Alief sering membangkang. Tapi, menurut Mardi, Alief tidak pernah meninggalkan salat lima waktu. Sehari-hari, Mardi merantau ke Jakarta untuk berjualan bakso. Tapi sekitar dua pekan ini, ia berada di Wonogiri. Ia berharap Alief segera pulang ke rumah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya