SOLOPOS.COM - Ilustrasi pasien Covid-19. (Freepik)

Solopos.com, SOLO -- Ketersediaan ruang isolasi bagi pasien Covid-19 rumah sakit atau RS Kota Solo terus menipis. Hingga Rabu (6/1/2021), tersisa 174 bed ruang isolasi yang kosong.

Data dari Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo menyebutkan total ruang isolasi RS Kota Bengawan menyediakan 861 bed. Saat ini, dari jumlah itu, yang terisi pasien sebanyak 687 bed, sehingga sisanya tinggal 174 bed.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala DKK Solo Siti Wahyuningsih mengakui jumlah ruang isolasi Covid-19 rumah sakit Kota Solo terus mendekati penuh. Dari 861 bed yang terisi 687 bed sehingga tersisa 174 bed hingga Rabu sore. Mayoritas pasien yang rawat inap merupakan rujukan dari luar daerah.

Curi Start, PSBB Sukoharjo Mulai 9 Januari

“Saya bersyukur sebetulnya seluruh RS Solo mau melayani isolasi pasien Covid-19 baik rujukan lini pertama kedua, ketiga. Saya berharap seluruh RS punya kontribusi terhadap masalah negara ini. Karena negara kan masih prihatin. RS harus melayani. Memang dulu ada laporan RS menolak. Sudah kami panggil dan menyatakan mau menyediakan bed untuk isolasi pasien Covid-19,” jelasnya kepada wartawan, Kamis (7/1/2021).

Ning, sapaan akrabnya, mengatakan angka ketersediaan bed isolasi harus terus ia pantau berkala sehingga tidak ada masyarakat yang terabaikan. Jumlah pasien terus melonjak sejak September.

Ruang isolasi yang semula menyediakan 400-an bed terus ditingkatkan hingga menjadi 800-an bed. Peningkatan tersebut sebagai tindak lanjut edaran Dirjen Pelayanan Kesehatan yang diikuti edaran dari DKK.

Bau Limbah Kembali Dikeluhkan, Pemkab Sukoharjo: PT RUM Harus Kurangi Produksi!

Perlu Penguatan

“Tapi berapa pun jumlah tempat tidur yang tersedia, berapa pun ruang ICU di Kota Solo, tetap perlu penguatan dari kabupaten sekitar. Hal ini supaya tidak terjadi keterlambatan penanganan karena harus lari ke solo. Ini harus bersama-sama,” katanya.

Ning mengatakan dalam hal penyediaan ruang isolasi pasien Covid-19 Kota Solo maupun daerah lain harus menghitung berapa jumlah penduduknya dan prevalensinya. "Kalau ada kabupaten yang tempat tidurnya sedikit, mungkin perlu disediakan RS darurat. Intinya tidak boleh masyarakat tidak terlayani," jelasnya.

Pada sisi lain, DKK Solo mencatat ada tujuh tenaga kesehatan atau nakes dan tenaga pendukung yang meninggal dunia selama masa pandemi Covid-19. Ketujuhnya bekerja pada fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) Solo meskipun tercatat berdomisili luar daerah.

Jelang Vaksinasi Covid-19, Begini Pesan Legislator DPRD Solo

Ning mengatakan tenaga pendukung yang meninggal tersebut bekerja pada bagian administrasi. “Baik nakes maupun tenaga pendukung sama-sama memiliki risiko tinggi terpapar. Hingga saat ini ada tiga tenaga pendukung kami yang meninggal dunia lantaran terpapar virus SARS CoV-2. Mereka dari Puskesmas Gajahan, Banyuanyar, dan Gilingan. Mereka bisa terpapar dari pasien asimtomatik yang registrasi,” katanya.

Ning mengatakan tenaga administrasi umumnya menggunakan alat pelindung diri (APD) level 1 atau tak berlapis seperti nakes yang menangani pasien positif Covid-19.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya