SOLOPOS.COM - Ilustrasi (casinoreviewbank.com)

Ilustrasi (casinoreviewbank.com)

SUKOHARJO – Ironis, saat Panitia Pilkades Desa Kepuh, Kecamatan Nguter dan lima calon kades yang akan memperebutkan kursi kepala desa berkomitmen menghindari money politics, justru banyak bandar judi yang menggunakan momentum pilkades sebagai ajang taruhan. Tak tanggung-tanggung, nilai taruhan dalam judi pilkades bernilai ratusan ribu hingga jutaan rupiah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Bambang Sri Widodo, 50, warga RT 003/ RW 001, Dukuh Kedungsari, Desa Kepuh, kepada Solopos.com, mengatakan sejak sebulan lalu dirinya telah mendengar kabar banyak bandar-bandar kecil memulai taruhan dalam Pilkades Kepuh. Para penjudi yang menyetorkan uang, kata dia, banyak berasal dari Desa Kepuh.

“Saya kan kerja jadi tukang parkir. Setiap hari saya menongkrong di Bakso Asri atau bengkel di daerah sana. Info-info itu banyak beredar di sana,” kata dia. Ia menambahkan, dirinya pernah ditantang oleh seseorang untuk taruhan. Dalam taruhan itu, si penantang berani melayani berapa pun uang yang dikeluarkan Bambang. Dalam penawarannya, si penatang akan memberi dua kali lipat nilai taruhan yang dikeluarkan Bambang.

“Kalau saya berani dengan nilai taruhan Rp100.000, saya bisa dapat Rp200.000 kalau jago saya menang. Tetapi kalau kalah, uang Rp100.000 harus saya serahkan kepadanya. Hla saya kan enggak punya uang. Wong saya cuma bekerja sebagai tukang parkir. Lagi pula saya takut masuk penjara seperti teman saya yang dipenjara karena judi capjikia,” jelas Bambang.

Seorang warga yang enggan disebutkan identitasnya mengatakan kepada Solopos.com, dirinya pesimistis praktek money politics benar-benar akan hilang dalam pemilihan umum. Menurutnya, kalau calon sudah tidak melakukan politik uang, para bandar judi yang akan merangsang pemberian uang kepada para pemilih untuk memuluskan taruhannya.

“Untuk saat ini, ada nilai taruhan dengan nominal minimal Rp5 juta. Para penjudi ya dari desa sini saja. Hanya kadang, ada penjudi dari daerah lain yang bermain di sini untuk taruhan pilkades. Sekarang bukan money politics, tetapi judi politik,” ujarnya.

Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Kepuh, Awieg Suwignyo, 48, kepada Solopos.com menyampaikan harapannya agar praktek money politic yang banyak terjadi dalam pemilihan umum pada hampir semua level pemerintahan bisa dihentikan. Upaya yang ia lakukan bersama panitia Pilkades Kepuh semata sebagai upaya nyata dalam mewujudkan harapannya itu.

“Saya terinspirasi oleh kata-kata bijak, lebih baik menyalakan lilin dari pada hanya mengutuk kegelapan. Kalau tidak kami mulai dari desa ini, lalu dari mana lagi?” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya